Terhapusnya  

Posted by lakaransakinah

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَقَدَ ثَابِتَ بْنَ قَيْسٍ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا أَعْلَمُ لَكَ عِلْمَهُ فَأَتَاهُ فَوَجَدَهُ جَالِسًا فِي بَيْتِهِ مُنَكِّسًا رَأْسَهُ فَقَالَ مَا شَأْنُكَ فَقَالَ شَرٌّ كَانَ يَرْفَعُ صَوْتَهُ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ فَأَتَى الرَّجُلُ فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَالَ كَذَا وَكَذَا فَقَالَ مُوسَى بْنُ أَنَسٍ فَرَجَعَ الْمَرَّةَ الْآخِرَةَ بِبِشَارَةٍ عَظِيمَةٍ فَقَالَ اذْهَبْ إِلَيْهِ فَقُلْ لَهُ إِنَّكَ لَسْتَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَلَكِنْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّة (صحيح البخاري)

“Sungguh Nabi saw kehilangan Tsabit bin Qeis ra, maka dikatakan : Wahai Rasulullah (Saw), aku akan mencari tahu dimana ia, maka ditemui Tsabit bin Qeis ra duduk dirumahnya menunduk, ketika ditanya kenapa dg mu?, ia menjawab : aku dalam keburukan, karena mengangkat/mengeraskan suara dihadapan Rasulullah saw, maka terhapuslah seluruh pahalanya dan ia pasti di neraka. Maka dikabarkan pd Rasulullah saw, dan Rasul saw memerintahkan agar Tsabit bin Qeis ra diberitahu, dg kabar gembira yg agung, beliau saw bersabda : “Pergilah padanya, katakan Sungguh kau bukan dari penduduk neraka, tapi dari penduduk sorga” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Limpahan puji kehadirat Allah, yang dengan memujinya terangkatlah hamba-hamba menuju cahaya keterpujian, yang dengan berdoa dan hadir di majelis doa terangkatlah hamba-hamba kepada keluhuran dan kedekatan dengan Yang Maha memuliakan para pendoa, Allah subhanahu wata’ala Yang Maha memuliakan hamba-hamba yang berdzikir dan berdoa, dan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para hujjatul islam dan para imam bahwa doa ( memohon kepada Allah ) adalah bagian dari dzikir, oleh karena itu perkumpulan dzikir dimuliakan oleh Allah dan yang duduk bersama orang-orang yang berdzikir, atau yang menghadiri majelis dzikir meskipun tanpa berniat berdzikir tetap dimuliakan oleh Yang Maha Memuliakan ahlu dzikir, Allah subhanahu wata’ala, Sang Maha memiliki kerajaan alam semesta ini, Yang Tunggal mengatur dengan kehendak-Nya dan tiada kehendak yang melebihi kehendaknya. jika Allah menghendaki sesuatu maka terjadilah, dan jika Allah tidak berkehendak terhadap sesuatu maka hal tidak akan pernah terjadi. Tidak satu nafas pun bisa bernafas, dan tidak satu sel pun bisa berfungsi kecuali karena kehendak-Nya. Seorang hamba diberi tangan namun jika Allah tidak mengizinkan tangannya berfungsi maka seluruh sel tangannya pun tidak akan berfungsi walaupun ia memilik tangan, atau seorang hamba yang memiliki lidah dan bibir serta mampu berbicara, namun jika Allah menghendaki dia sakit lalu dia tidak lagi bisa berbicara meskipun ia mempunyai lidah dan bibir, Allah Maha Mampu akan hal itu. Begitupula jika Allah berkehendak maka kulit pun akan bisa berbicara, dimana di hari ketika bibir dan lidah kita bungkam dan tidak mampu berbicara di saat itulah kulit dan tulang kita mampu berbicara, maka disaat itu manusia berkata kepada tubuh dan kulitnya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا

( فصلت : 21 )

“ Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami? ” ( QS. Fusshilat : 21 )

Maka mereka menjawab :

أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

( فصلت : 21 )

“ Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan ” ( QS. Fusshilat : 21 )

Bahkan api yang hakikatnya panas namun Allah mampu menjadikannya dingin, Allah Maha Mampu menjadikan banjir besar yang menghancurkan dan Allah Maha Mampu menjadikan banjir yang begitu besar hanya sampai di depan masjid, sebagaimana yang terjadi pada tsunami beberapa tahun di Aceh. Setelah kita fahami bahwa seluruh kejadian tidak akan pernah bisa terjadi kecuali dengan kehendak, keinginan dan ketentuan-Nya, maka beruntunglah bagi orang yang mendekat kepada Yang Maha Menentukan, karena setiap gerak-gerik di alam semesta ini dikuasai oleh Allah subhanahu wata’ala. Alam semesta bisa berubah dalam sekejap, kesulitan dalam sekejap bisa berubah menjadi kemudahan, begitu pula kemudahan dalam sekejap bisa berubah menjadi dari kesulitan yang abadi.

Hadirin hadirat, diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah (kuat) ketika seorang raja mengadakan pesta untuk merayakan kekuasaannya yang semakin luas dan kuat, tentaranya yang semakin banyak, harta yang semakin berlimpah, dan semua yang ia inginkan mampu ia perbuat, maka ia merayakannya dengan pesta dan tidak satu pun yang bisa mengganggunya, maka ketika itu datanglah seseorang ke istana raja itu dan mengetuk pintu, maka para penjaga di pintu pertama membukakan pintu, dan orang itu menyampaikan bahwa dia ingin menemui raja, maka penjaga pintu berkata bahwa sang raja lagi mengadakan pesta kemudian mengusirnya. Maka orang itu berpindah ke pintu yang kedua dan mengatakan bahwa ia ingin bertemu raja, penjaga pintu kedua pun berkata hal yang sama, maka orang itu berkata : “aku adalah utusan” namun penjaga pintu kedua tetap mengusirnya, maka ia pun pergi ke pintu yang ketiga dengan mengetuk pintu yang mana ketukan itu seakan membuat guncang seluruh istana dan merobohkan singgasana, ia berkata : “aku adalah malaikat sakaratul maut yang datang untuk mencabut ruh sang raja”, maka raja pun sangat terkejut dan ketakutan, karena jika tamu itu telah datang maka tidak seorang pun bisa menolaknya, dan malaikat itu berada di hadapan sang raja, maka raja itu berkata : “aku baru saja akan meneguk minumanku untuk merayakan pesta kemenangan, maka izinkanlah aku untuk meneguk segelas minuman ini, lalu cabutlah nyawaku”, maka malaikat sakaratul maut berkata : “ engkau telah ditentukan untuk wafat sebelum engkau meneguk air ini”, maka raja pun terjatuh kemudian dimasukkan ke dalam perut bumi, dan disana dia telah bersama tentara-tentara kematian, mereka yang menjemput ruh dan memisahkannya dengan jasad dan menghantarkannya ke alam barzakh dalam keluhuran atau kehinaan . Dan ketika ruh seseorang telah berada dalam genggaman tentara kematian, maka di saat itu beruntunglah para pencinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, jika sudah terlepas dari semua yang kita miliki, dari keluarga, teman dan kerabat lalu ditinggal sendiri di dalam kubur dan ruh telah dibawa oleh pasukan kematian, maka disaat itu tidak ada lagi yang bisa dibanggakan, dan dosa-dosa telah bertumpuk dan siap untuk dipertanyakan dalam keadaan sendiri di alam yang asing, dalam keadaan nasib yang membingungkan, maka di saat tidak ada yang lebih bergembira dari mereka yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka dikenal di alam kubur karena para tentara kematian mengenali nama Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana ucapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Semua alam semesta mengenal bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali pendosa dari kalangan jin dan manusia mereka tidak mengenalku”. Diriwayatkan dalam Shahih Muslim ketika seorang hamba dicintai oelh Allah, maka Allah berkata kepada malaikat Jibril AS :

إنِّي أُحِبُّ فُلاَناً ، فَأَحِبَّهُ ، قَالَ : فَيُحِبُّهُ جِبْرِيْلُ ، ثُمَّ يُنَادِيْ فِي السَّمَاءِ ، فَيَقُوْلُ : إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلاَناً فَأَحِبُّوْهُ ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، قَالَ : ثُمَّ يُوْضَعُ لَهُ الْقَبُوْلُ فِي اْلأَرْضِ ، وَ إِذَا أَبْغَضُ عَبْداً دَعَا جِبْرِيْلَ فَيَقُوْلُ : إِنِّيْ أبْغِضُ فلاناً فأبْغِضْهُ ، قَالَ : فَيُبْغِضُهُ جِبْرِيْلُ ، ثُمَّ يُنَادِيْ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ : إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ فُلاَناً فَأَبْغِضُوْهُ ، قَالَ فَيُبْغِضُوْنَهُ ، ثُمَّ تُوْضَعُ لَهُ البَغْضَاءُ فيِ اْلأَرْضِ

“ Sungguh Aku mencintai Fulan maka cintailah dia, Dia berkata : maka Jibril pun mencintainya kemudian dia menyeru di langit dan berkata : sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah dia, maka penduduk langit pun mencintainya, maka dia pun diterima(dicintai) di bumi, dan jika Allah membenci seseorang Dia memanggil Jibril dan berkata: “Sungguh Aku membenci si fulan maka bencilah dia, Dia berkata : maka Jibril pun membencinya, kemudian menyeru kepada penduduk langit : sesungguhnya Allah membenci Fulan maka bencilah dia, maka penduduk langit pun membencinya, kemudian penduduk bumi pun membencinya”

Maka nama orang itu dikenal oleh penduduk angkasa raya, namun hal yang seperti itu tidak didengar oleh manusia di alam dunia. Jika manusia yang dicintai Allah namanya akan dikenal sampai ke langit, maka terlebih lagi pimpinannya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau dikenal semua makhluk, begitupula nama sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam masyhur di alam barzakh. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa manusia akan mendapatkan cobaan di alam kubur dan dibawa kehadapan rasulullah kemudian ditanya : “apa pengetahuanmu tentang orang ini?”, maka orang yang beriman akan menjawab : “dia adalah Muhammad rasulullah yang datang dengan membawa petunjuk dari Allah, dia Muhammad, dia Muhammad, dia Muhammad”, maka malaikat berkata : “ tidurlah dengan tenang , kami telah mengetahui bahwa engkau adalah orang yang shalih”, maka selesailah segala cobaannya di dunia dan di alam kubur. Sebaliknya mereka-mereka yang tidak mengenal nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika ditanya tentang nabi Muhammad, mereka hanya menjawab : “aku tidak mengetahuinya”, maka malaikat pun menghantamnya dengan palu besi yang sangat besar sehingga ia menjerit dengan kerasnya yang mana jeritan itu didengar oleh semua makhluk di langit dan di bumi kecuali jin dan manusia. Sungguh beruntunglah para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena Allah memunculkan cinta-Nya melalui sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

( آل عمران : 31 )

“ Katakanlah (Muhammad), “Jika kalian mencintai Allah makaikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun Maha Penyayang” ( QS. Ali Imran : 31 )

Maka apakah salah jika kita mengadakan tasyakuran dan maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam?!. Semakin hari ummat semakin lupa dengan nabinya, dan ummat semakin kacau karena banyak muncul yang mengaku nabi, atau mengaku tuhan, dan mengaku Jibril, justru untuk menghadapi hal anarkis yang seperti adalah dengan mengenalkan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat hadirat yang dimuliakan Allah
Hadits yang telah kita baca tadi merupakan penjelasan dari firman Allah subhanahu wata’ala, dan sebagai pelajaran dan teguran untuk para sahabat, dimana Allah subhanahu wata’ala berfirma:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

( الحجرات : 2 )

“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara keras, sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, (karena) pahala segala amal kalian bisa terhapus sedangkan kalian tidak menyadari ” ( QS. Al Hujurat : 2 )

Maka sejak itu diturunkan, sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA jika berbicara kepada rasulullah dengan suara yang sangat rendah, sehingga suara itu hampir tidak terdengar, karena takutnya atas firman Allah tersebut, maka rasulullah berkata : “wahai Abu Bakr, keraskan suaramu aku tidak mendengarnya”. Allah tidak hanya mengancam dengan ancaman bahwa hal itu adalah dosa besar, bahkan Allah mengancam dengan menghapus seluruh amal pahalanya, dan hal itu bukan ditujukan kepada kita yang banyak berbuat dosa, namun kepada kaum Muhajirin dan Anshar, Khulafaur rasyidin, dan para ahlu Badr, jika mereka mengeraskan suara dihadapan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka seluruh amal pahalanya akan dihapus. Sungguh belum pernah Allah memerintahkan seorang hamba untuk memuliakan manusia melebihi raja-raja, kecuali perintah Allah untuk memuliakan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadits ini teriwayatkan ketika Rasulullah tidak melihat sayyidina Tsabit bin Qais disekitar beliau, rasulullah selalu memperhatikannya ketika shalat berjamaah dan di setiap majelis dia selalu ada, maka salah seorang sahabat pergi mencarinya kemudian mendapatinya di rumahnya menunduk dengan mengalirkan air mata, dan ketika ditanya : “wahai Qais bagaimana kabarmu?” maka ia menjawab : “ sungguh buruk keadaanku, karena aku ini termasuk golongan orang yang masuk neraka karena aku telah mengeraskan suara di hadapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, firman Allah yang turun membuat Tsabit bin Qais ketakutan. Dalam salah suatu riwayat dijelaskan bahwa Tsabit bin Qais ini memliki pendengaran yang kurang baik, maka ketika berbicara ia akan mengeraskan suaranya begitupula ketika ia berbicara di hadapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ketika ayat ini turun ia pun langsung masuk ke dalam rumahnya dan tidak lagi keluar dari rumahnya dan bersedih merasa bahwa ayat yang turun itu adalah teguran untuknya . Maka sahabat yang datang kepada Tsabit bin Qais tadi kembali menghadap rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan keadaan Tsabit bin Qais, maka rasulullah berkata : “Kembalilah engkau kepada Tsabit bin Qais dan sampaikan kepadanya kabar gembira yang sangat agung, bahwa dia bukanlah penduduk neraka namun di adalah penduduk surga”. Mengapa demikian? Karena dia sangat ingin menghormati sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian indahnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,dan hal itu adalah syafaat nabi kepada para sahabatnya, karena rasulullah adalah manusia yang sangat lembut dan penuh kasih sayang kepada siapa pun, kepada orang yang jahat sekalipun beliau bersifat lemah lembut, demikianlah akhlak mulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membagikan harta ghanimah kepada kaum faqir, maka disaat itu kaum fuqara’ pun banyak yang telah bergilir untuk mendapatkan bagian masing-masing, namun di saat itu salah seorang bapak yang sangat tua renta berkata kepada anaknya : “ kita berangkat nanti agak sore saja nak”, maka sang anak berkata : “wahai ayah nanti kita akan terlambat dan tidak mendapatkan bagian” si ayah menjawab : “jangan khawatir nak, aku tau betul sifat rasulullah, beliau akan tetap memberikan hak kita”. Maka ketika sampai di tempat pembagian ghanimah, semua orang sudah pulang, maka si ayah berkata kepada anaknya : “nak, sekarang kamu panggil rasulullah”, si anak berkata : “ ayah, pantaskah aku memanggil rasulullah hanya untuk hal seperti ini?” si ayah berkata: “ wahai anakku, rasulullah bukan orang yang bengis tetapi beliau orang yang penuh lemah lembut”, si anak pun datang kepada rasulullah dan berkata : “assalamu’alaikum wahai Rasulullah, ayahku datang untuk berjumpa”, maka rasulullah menyambutnya dengan berkata : “selamat datang, ambillah bagianmu ini dari tadi aku telah menunggumu, dan jika engkau tidak datang maka aku yang akan mengantarkannya ke tempatmu”, rasulullah mengetahui pasti jumlah kaum fuqara’, dan mengetahui pula siapa diantara mereka yang tidak datang, indahnya budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan ketika seorang budak wanita tua datang kepada Rasulullah dia bergetar ketika melihat kewibawaan rasulullah dan tidak bisa berbicara dihadapan beliau karena kewibawaan beliau, maka Rasulullah berkata: “jangan risau dan takut, katakanlah apa yang engkau inginkan, engkau tidak perlu datang kepadaku, jika engkau membutuhkanku dan engkau panggil aku maka aku pun akan datang kepadamu”. Sebagaimana jika anak kecil menarik tangnnya dan mengajaknya bermain maka beliau pun akan ikut kemanapun mereka membawanya, sungguh indah akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Dalam kesempatn yang mulia ini, kita mengingat juga kejadian hijrah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada tanggal 12 Rabi’ul Awal. Diriwayatkan di dalam Sirah Ibn Hisyam dan lainnya bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada malam Senin di awal bulan Rabi’ul Awal, kemudian tiba di Madinah Al Munawwarah pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa hijrahnya beliau dari Makkah Al Mukarramah sampai ke Madinah Al Munawwarah selama satu minggu, kenapa selama itu?, karena ketika izin hijrah telah turun dengan mimpi salah seorang wanita sahabiyah yang bermimpi para sahabat hijrah dari Makkah ke tempat yang hijau, maka rasulullah berkata : “itu adalah izin untuk hijrah”, dan tempat yang hijau itu adalah kota Yatsrib”, yaitu Madinah Al Munawwarah. Dan disaat itu keadaan rasulullah sangat sulit, padahal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mampu menghantam musuh-musuhnya hanya dengan doa, karena pengikut rasulullah disaat itu masih sangat sedikit maka pasukan musuh akan dengan mudah mengalahkannya, namun dengan kekuatan doa rasulullah sangat dahsyat seandainya beliau berdoa agar dunia dipendam oleh air pastilah hal itu akan terjadi. Dan Allah subhanahu wata’ala menjadikan seluruh kehidupan di alam semesta ini berpadu pada usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaiman firman Allah subhanahu wata’ala :

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ

( الحجر : 72 )

“ Demi umurmu (Muhammad), sungguh mereka terombang-ambing dalam dalam kemabukan (kesesatan)” ( QS. Al Hijr : 72 )

Dan kelanjutannya ayat itu adalah tentang cerita nabi Luth yaitu musibah yang ditimpakan kepada kaum nabi Luth As yang tidak beriman dan terus melakukan maksiat (homoseks) di muka bumi sehingga semua kaum yang tidak beriman itu dibinasakan dan tempat itu dikenal dengan sebutan Bahr Al Mayyit ( Laut mati ). Sungguh semua kejadian di permukaan bumi ini telah Allah ikat dengan usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaiahi wasallam. Semua zaman telah Allah ikat dengan usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan firman berfirman : “Demi usiamu”, darimana pendapat ini? beberapa tahun yang lalu guru mulia kita Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh menyampaikan tentang ayat ini di Masjid Al Munawwar ini, bahwa alam semesta ini telah Allah ikat seluruh kejadiannya dengan 63 tahun yaitu usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa demikian? karena rahmat Allah subhanahu wata’ala diikat dengan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

( الأنبياء : 107 )

“ Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” ( QS. Al Anbiyaa : 107 )

Maka ketika telah turun izin hijrah, rasulullah memerintahkan para sahabat untuk hijrah kelompok demi kelompok, namun rasulullah sendiri masih bertahan karena masih banyak hal-hal dan amanat yang harus diselesaikan. Dan para kuffar quraisy meskipun mereka memusuhi Nabi namun mereka mengetahui dan mempercayai bahwa nabi Muhammad adalah orang yang paling menjaga amanat dan tidak pernah khianat, mereka mereka memusuhi nabi namun barang-barang berharga mereka titipkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Seharusnya semua mereka beriman dan mengakui bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah dan masuk Islam dengan budi pekerti nabi ini, namun inilah hidayah yang tidak akan diberikan kecuali jika Allah menghendaki. Jadi kalau zaman sekarang ada orang yang mendustakan nabi maka hal itu disebabkan karena dua hal, pertama dha’f al iman yaitu lemahnya iman dan kedua karena tidak atau belum mendapatkan hidayah. Maka jika seseorang tidak mendapatkan hidayah maka hanya berdoa yang dapat kita perbuat dan dengan mendakwahinya secara perlahan-lahan, jika Allah berikan hidayah kepadanya maka ia akan berubah. Sebagaimana kita ketahui bahwa Abu Lahab adalah paman nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dia melihat rasulullah, menyaksikan kelahiran rasulullah, duduk bersama rasulullah dan melihat ajaran rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam namun dia tetap tidak beriman dan tetap dengan kekufurannya, karena dia tidak mendapatkan hidayah dari Allah, padahal dia berjumpa dan melihat rasulullah secara langsung, maka terlebih lagi zaman sekarang yang puluhan abad setelah zaman rasulullah, maka sungguh sangat wajar namun perlu diluruskan bukan berarti dibiarkan. Kelemahan iman yang ada di zaman ini, mereka tidak mengetahui siapa nabi mereka, jika mereka mengetahui dan mengenali nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka mereka tidak akan mengaku nabi lain selain nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka akan mengakui satu nabi mereka yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka ketika para sahabat mulai hijrah, sayyidina Abu Bakr ingin berangkat hijrah terlebih dahulu namun rasulullah menahannya, mengapa sayyidina Abu Bakr As Shiddiq ingin berangkat terlebih dahulu ? karena Abu Bakr As Shiddiq adalah orang yang kaya raya, maka kuffar quraiys marah jika beliau selalu mengikuti nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu nabi Muhammad akan aman dari gangguan kuffar quraisy jika sayyidina Abu Bakr tidak bersama rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun rasulullah tetap tidak mengizinkannya hingga tibalah suatu hari ketika jika sayyidah Asma bint Abi Bakr As Shiddiq melihat rasulullah mendatangi rumahnya di siang hari ketika matahari sangat terik, pastilah ada sesuatu yang penting, maka sayyidina Abu Bakr berkata : “wahai Rasulullah sudah adakah izin untuk berangkat hijrah?”, rasulullah menjawab : “iya, betul wahai Abu Bakr”, kemudian sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata : “bolehkah aku menemanimu wahai rasulullah?”, rasulullah menjawab : “engkau yang akan menemaniku wahai Abu Bakr”, maka Abu Bakr langsung menangis haru dan memeluk nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “wahai Rasulullah aku siapkan 2 ekor onta”, rasulullah berkata berkali-kali : “aku akan membayarnya”, namun sayyidina Abu Bakr As Shiddiq menolaknya bahkan beliau mengeluarkan seluruh hartanya untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika sayyidina Abu Bakr ditanya : “apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?”, maka beliau menjawab : “aku menyisakan Allah dan rasul-Nya untuk kelurgaku”. Itulah madzhab sadaqah Abu Bakr As Shiddiq RA. Oleh karena itu dalam salah satu kejadian, dimana ada kakak beradik, si kakak adalah pengusaha dan si adik adalah orang yang sangat cinta kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, suatu saat ketika musim panen dia berkata kepada adiknya : “ adikku, aku akan berangkat haji, jika telah tiba waktu panen maka hasilnya engkau taruh di dalam lumbung dan keluarkan zakatnya”, dan si kakak pun berangkat untuk ibadah haji. Setelah kembali dari haji dia bertanya kepada adiknya : “adikkku, bagaimana sudah panen kah kita?” Si adik menjawab : “sudah”, “lalu zakatnya sudah engkau keluarkan?” Tanya sang kakak, si adik menjawab : “sudah”. Maka si kakak pergi ke lumbung untuk melihat hasil panennya dan ternyata di dalamnya tidak tersisa apa-apa, maka ia berkata : “adikku, bagaimana hasil panen kita?” si adik menjawab : “sudah kubayarkan semua untuk zakat”, si kakak berkata : “zakat hanya 2,5 %, madzhab zakat siapa yang engkau ikuti?” si adik menjawab : “madzhab sayyidina Abu Bakr As Shiddiq”, maka sang kakak pun hanya terdiam. Sayyidah Asma bint Abu Bakr As Shiddiq digelari Dzinnithaqain (pemilik 2 tali) dan kelak di surge akan dipanggil dengan gelar itu, diberi julukan itu karena ketika rasulullah dan sayyidina Abu Bakr bersiap untuk berangkat hijrah dan perlengkapan mulai diikat di tunggangan rasulullah dan sayyidina Abu Bakr, disaat itu kekurangan tali untuk mengikat perlengkapan itu dan tidak mendapatkan tali lagi, maka sayyidah Asma pun mencabut tali panjang yang mengikat bajunya kemudian dipotong menjadi 2 bagian dan tali yang yang satunya diikatkan di onta rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Berangkatlah Rasulullah bersama sayyidina Abu Bakr untuk hijrah dan mereka masuk ke goa Tsur terlebih dahulu supaya orang-orang yang mengejar mereka kehilangan jejak, karena mereka akan mengira bahwa Rasulullah dan Abu Bakr menuju Madinah Al Munawwarah. Padahal jika rasulullah berkehendak dan berdoa kepada Allah agar tidak ada yang mengejar mereka maka pastilah Allah mengabulkannya dan selesailah permasalahan, namun karena indahnya adab rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau tetap menghadapi keadaan itu dengan penuh kesabaran, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

( القلم : 4 )

“ Dan sesungguhnya engkau ( Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti yang luhur” ( QS. Al Qalam : 4 )

Beberapa hari Rasulullah dan sayyidina Abu Bakr berada di goa Tsur, dan sayyidah Asma binti Abu Bakr naik ke atas gunung secara diam-diam membawakan makanan untuk rasulullah dan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA. Di dalam riwayat Shahih Al Bukhari disebutkan bahwa rasulullah dan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq tidak keluar dari goa kecuali di saat teriknya matahari, karena di saat itu kaum kuffar quraisy tidak ada yang keluar rumah karena teriknya sinar matahari, mereka hanya keluar di pagi hari, sore atau mungkin malam hari. Jadi ketika pagi, sore atau malam hari rasulullah bersama sayyidina Abu Bakr bersembunyi di goa, demikian hari-hari dilewati oleh rasulullah bersama sayyidina Abu Bakr dalam perjalanannya menuju Madinah Al Munawwarah. Sebagaimana dalam riwayat disebutkan ketika sayyidina Barra’ bin ‘Azib RA meminta sayyidina Abu bakr untuk menceritakan perjalanan hijrahnya bersama Rasulullah ke Madinah Al Munawwarah, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata : “kami tidak keluar dari goa kecuali ketika terik matahari dan ketika Rasulullah mulai kelelahan kami mencari tempat untuk berteduh lalu aku bentangkan rida’ (surban) ku agar rasulullah duduk di atasnya, kemudian aku tinggalakan rasulullah untuk mencari sesuatu yang bisa kita minum atau kita makan, maka aku pun berjalan hingga bertemu dengan pengembala kambing, kemudian aku membeli susu dan air dari pengembala kambing itu, dan sebelum susu itu diperas aku bersihkan terlebih dahulu dari debu, barulah kemudian diperas,lalu disaat susu itu diletakkan di mangkok maka aku letakkan kain untuk menyaring susu itu supaya tidak ada debu yang masuk, kemudian kantong yang berisi susu itu kumasukkan ke dalam air agar susu itu menjadi dingin, kemudian kubawa susu itu dan kuserahkan kepada Rasulullah untuk meminumnya, setelah beliau meminumnya dan hilang rasa haus beliau pun tertidur di pangkuanku”, dan aku hanya diam saja disaat rasulullah tidur, setelah beliau bangun maka kami melanjutkan perjalanan lagi, dalam perjalanan itu sesekali aku berjalan di depan atau belakang rasulullah karena khawatir jika ada musuh dari arah itu, dan sesekali aku berjalan di sebelah kiri atau kanan rasulullah khawatir jika musuh menyerang dari arah itu, dan ketika aku melihat ke belakang ternyata Suraqah bin Malik (orang yang paling pandai mencari jejak dan juga ahli pemanah) mengejar kami dari belakang, maka aku berkata kepada Rasulullah : “wahai rasulullah, seseorang telah menyusul kita dari belakang”, maka rasulullah berkata : “wahai Abu Bakr, jangan khawatir dan takut sungguh Allah bersama kita”, maka Suraqah pun terus mengejar mereka hingga akhirnya kudanya terpendam oleh bumi, maka Suraqah bin Malik berkata : “wahai Rasulullah doakan aku agar terlepas dari pendaman bumi ini, dan aku berjanji tidak akan mengejar kalian lagi”, (diriwayatkan dalam Sirah Ibn Hisyam bahwa kejadian itu terjadi hingga 3 kali ketika Suraqah terlepas dari pendaman tanah ia kembali mengejar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dan yang ketiga kalinya Suraqah pun terlepas dari pendaman bumi, maka Suraqah meminta surat kepada Rasulullah sebagai tanda bahwa ia pernah berjumpa dengan nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam”. Maka Suraqah pun pelang dan berkata kepada kuffar quraisy bahwa dia tidak menemui jejak rasulullah sama sekali, agar orang kuffar quraisy tidak lagi mencari rasulullah dan sayyidina Abu Bakr. Demikian Rasulullah dan sayyidina Abu Bakr terus melewati hari-harinya hingga pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 1 H, dimana saat itu sayyidina Hamzah bin Abdul Mutthalib Ra dan para sahabat lainnya yang telah sampai di Madinah risau karena Rasulullah belum juga sampai ke Madinah. Maka disaat itu ada seorang Yahudi yang naik ke atas pohon dan melihat 2 orang yang menuju Madinah yang seorang wajahnya terang benderang seperti bulan purnama, oarng Yahudi itu berkata : “sepertinya dialah orang yang kalian tunggu-tunggu”, sebagaimana yang diriwayatkan oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib yang berkata : “seakan-akan matahari dan bulan beredar di wajah Rasulullah” , ketika mendengar kabar itu semua ahlu Madinah keluar dari rumah-rumah mereka hingga sampai di depan gerbang Madinah. Disaat itu sayyidina Abu Bakr berada di bagian depan karena khawatir jika ada musuh yang menyerang dari

Terhapusnya Seluruh Amal Pahala  

Posted by lakaransakinah in

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَقَدَ ثَابِتَ بْنَ قَيْسٍ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا أَعْلَمُ لَكَ عِلْمَهُ فَأَتَاهُ فَوَجَدَهُ جَالِسًا فِي بَيْتِهِ مُنَكِّسًا رَأْسَهُ فَقَالَ مَا شَأْنُكَ فَقَالَ شَرٌّ كَانَ يَرْفَعُ صَوْتَهُ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ فَأَتَى الرَّجُلُ فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَالَ كَذَا وَكَذَا فَقَالَ مُوسَى بْنُ أَنَسٍ فَرَجَعَ الْمَرَّةَ الْآخِرَةَ بِبِشَارَةٍ عَظِيمَةٍ فَقَالَ اذْهَبْ إِلَيْهِ فَقُلْ لَهُ إِنَّكَ لَسْتَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَلَكِنْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّة (صحيح البخاري)

“Sungguh Nabi saw kehilangan Tsabit bin Qeis ra, maka dikatakan : Wahai Rasulullah (Saw), aku akan mencari tahu dimana ia, maka ditemui Tsabit bin Qeis ra duduk dirumahnya menunduk, ketika ditanya kenapa dg mu?, ia menjawab : aku dalam keburukan, karena mengangkat/mengeraskan suara dihadapan Rasulullah saw, maka terhapuslah seluruh pahalanya dan ia pasti di neraka. Maka dikabarkan pd Rasulullah saw, dan Rasul saw memerintahkan agar Tsabit bin Qeis ra diberitahu, dg kabar gembira yg agung, beliau saw bersabda : “Pergilah padanya, katakan Sungguh kau bukan dari penduduk neraka, tapi dari penduduk sorga” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Limpahan puji kehadirat Allah, yang dengan memujinya terangkatlah hamba-hamba menuju cahaya keterpujian, yang dengan berdoa dan hadir di majelis doa terangkatlah hamba-hamba kepada keluhuran dan kedekatan dengan Yang Maha memuliakan para pendoa, Allah subhanahu wata’ala Yang Maha memuliakan hamba-hamba yang berdzikir dan berdoa, dan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para hujjatul islam dan para imam bahwa doa ( memohon kepada Allah ) adalah bagian dari dzikir, oleh karena itu perkumpulan dzikir dimuliakan oleh Allah dan yang duduk bersama orang-orang yang berdzikir, atau yang menghadiri majelis dzikir meskipun tanpa berniat berdzikir tetap dimuliakan oleh Yang Maha Memuliakan ahlu dzikir, Allah subhanahu wata’ala, Sang Maha memiliki kerajaan alam semesta ini, Yang Tunggal mengatur dengan kehendak-Nya dan tiada kehendak yang melebihi kehendaknya. jika Allah menghendaki sesuatu maka terjadilah, dan jika Allah tidak berkehendak terhadap sesuatu maka hal tidak akan pernah terjadi. Tidak satu nafas pun bisa bernafas, dan tidak satu sel pun bisa berfungsi kecuali karena kehendak-Nya. Seorang hamba diberi tangan namun jika Allah tidak mengizinkan tangannya berfungsi maka seluruh sel tangannya pun tidak akan berfungsi walaupun ia memilik tangan, atau seorang hamba yang memiliki lidah dan bibir serta mampu berbicara, namun jika Allah menghendaki dia sakit lalu dia tidak lagi bisa berbicara meskipun ia mempunyai lidah dan bibir, Allah Maha Mampu akan hal itu. Begitupula jika Allah berkehendak maka kulit pun akan bisa berbicara, dimana di hari ketika bibir dan lidah kita bungkam dan tidak mampu berbicara di saat itulah kulit dan tulang kita mampu berbicara, maka disaat itu manusia berkata kepada tubuh dan kulitnya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا

( فصلت : 21 )

“ Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami? ” ( QS. Fusshilat : 21 )

Maka mereka menjawab :

أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

( فصلت : 21 )

“ Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan ” ( QS. Fusshilat : 21 )

Bahkan api yang hakikatnya panas namun Allah mampu menjadikannya dingin, Allah Maha Mampu menjadikan banjir besar yang menghancurkan dan Allah Maha Mampu menjadikan banjir yang begitu besar hanya sampai di depan masjid, sebagaimana yang terjadi pada tsunami beberapa tahun di Aceh. Setelah kita fahami bahwa seluruh kejadian tidak akan pernah bisa terjadi kecuali dengan kehendak, keinginan dan ketentuan-Nya, maka beruntunglah bagi orang yang mendekat kepada Yang Maha Menentukan, karena setiap gerak-gerik di alam semesta ini dikuasai oleh Allah subhanahu wata’ala. Alam semesta bisa berubah dalam sekejap, kesulitan dalam sekejap bisa berubah menjadi kemudahan, begitu pula kemudahan dalam sekejap bisa berubah menjadi dari kesulitan yang abadi.

Hadirin hadirat, diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah (kuat) ketika seorang raja mengadakan pesta untuk merayakan kekuasaannya yang semakin luas dan kuat, tentaranya yang semakin banyak, harta yang semakin berlimpah, dan semua yang ia inginkan mampu ia perbuat, maka ia merayakannya dengan pesta dan tidak satu pun yang bisa mengganggunya, maka ketika itu datanglah seseorang ke istana raja itu dan mengetuk pintu, maka para penjaga di pintu pertama membukakan pintu, dan orang itu menyampaikan bahwa dia ingin menemui raja, maka penjaga pintu berkata bahwa sang raja lagi mengadakan pesta kemudian mengusirnya. Maka orang itu berpindah ke pintu yang kedua dan mengatakan bahwa ia ingin bertemu raja, penjaga pintu kedua pun berkata hal yang sama, maka orang itu berkata : “aku adalah utusan” namun penjaga pintu kedua tetap mengusirnya, maka ia pun pergi ke pintu yang ketiga dengan mengetuk pintu yang mana ketukan itu seakan membuat guncang seluruh istana dan merobohkan singgasana, ia berkata : “aku adalah malaikat sakaratul maut yang datang untuk mencabut ruh sang raja”, maka raja pun sangat terkejut dan ketakutan, karena jika tamu itu telah datang maka tidak seorang pun bisa menolaknya, dan malaikat itu berada di hadapan sang raja, maka raja itu berkata : “aku baru saja akan meneguk minumanku untuk merayakan pesta kemenangan, maka izinkanlah aku untuk meneguk segelas minuman ini, lalu cabutlah nyawaku”, maka malaikat sakaratul maut berkata : “ engkau telah ditentukan untuk wafat sebelum engkau meneguk air ini”, maka raja pun terjatuh kemudian dimasukkan ke dalam perut bumi, dan disana dia telah bersama tentara-tentara kematian, mereka yang menjemput ruh dan memisahkannya dengan jasad dan menghantarkannya ke alam barzakh dalam keluhuran atau kehinaan . Dan ketika ruh seseorang telah berada dalam genggaman tentara kematian, maka di saat itu beruntunglah para pencinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, jika sudah terlepas dari semua yang kita miliki, dari keluarga, teman dan kerabat lalu ditinggal sendiri di dalam kubur dan ruh telah dibawa oleh pasukan kematian, maka disaat itu tidak ada lagi yang bisa dibanggakan, dan dosa-dosa telah bertumpuk dan siap untuk dipertanyakan dalam keadaan sendiri di alam yang asing, dalam keadaan nasib yang membingungkan, maka di saat tidak ada yang lebih bergembira dari mereka yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka dikenal di alam kubur karena para tentara kematian mengenali nama Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana ucapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Semua alam semesta mengenal bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali pendosa dari kalangan jin dan manusia mereka tidak mengenalku”. Diriwayatkan dalam Shahih Muslim ketika seorang hamba dicintai oelh Allah, maka Allah berkata kepada malaikat Jibril AS :

إنِّي أُحِبُّ فُلاَناً ، فَأَحِبَّهُ ، قَالَ : فَيُحِبُّهُ جِبْرِيْلُ ، ثُمَّ يُنَادِيْ فِي السَّمَاءِ ، فَيَقُوْلُ : إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلاَناً فَأَحِبُّوْهُ ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، قَالَ : ثُمَّ يُوْضَعُ لَهُ الْقَبُوْلُ فِي اْلأَرْضِ ، وَ إِذَا أَبْغَضُ عَبْداً دَعَا جِبْرِيْلَ فَيَقُوْلُ : إِنِّيْ أبْغِضُ فلاناً فأبْغِضْهُ ، قَالَ : فَيُبْغِضُهُ جِبْرِيْلُ ، ثُمَّ يُنَادِيْ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ : إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ فُلاَناً فَأَبْغِضُوْهُ ، قَالَ فَيُبْغِضُوْنَهُ ، ثُمَّ تُوْضَعُ لَهُ البَغْضَاءُ فيِ اْلأَرْضِ

“ Sungguh Aku mencintai Fulan maka cintailah dia, Dia berkata : maka Jibril pun mencintainya kemudian dia menyeru di langit dan berkata : sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah dia, maka penduduk langit pun mencintainya, maka dia pun diterima(dicintai) di bumi, dan jika Allah membenci seseorang Dia memanggil Jibril dan berkata: “Sungguh Aku membenci si fulan maka bencilah dia, Dia berkata : maka Jibril pun membencinya, kemudian menyeru kepada penduduk langit : sesungguhnya Allah membenci Fulan maka bencilah dia, maka penduduk langit pun membencinya, kemudian penduduk bumi pun membencinya”

Maka nama orang itu dikenal oleh penduduk angkasa raya, namun hal yang seperti itu tidak didengar oleh manusia di alam dunia. Jika manusia yang dicintai Allah namanya akan dikenal sampai ke langit, maka terlebih lagi pimpinannya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau dikenal semua makhluk, begitupula nama sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam masyhur di alam barzakh. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa manusia akan mendapatkan cobaan di alam kubur dan dibawa kehadapan rasulullah kemudian ditanya : “apa pengetahuanmu tentang orang ini?”, maka orang yang beriman akan menjawab : “dia adalah Muhammad rasulullah yang datang dengan membawa petunjuk dari Allah, dia Muhammad, dia Muhammad, dia Muhammad”, maka malaikat berkata : “ tidurlah dengan tenang , kami telah mengetahui bahwa engkau adalah orang yang shalih”, maka selesailah segala cobaannya di dunia dan di alam kubur. Sebaliknya mereka-mereka yang tidak mengenal nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika ditanya tentang nabi Muhammad, mereka hanya menjawab : “aku tidak mengetahuinya”, maka malaikat pun menghantamnya dengan palu besi yang sangat besar sehingga ia menjerit dengan kerasnya yang mana jeritan itu didengar oleh semua makhluk di langit dan di bumi kecuali jin dan manusia. Sungguh beruntunglah para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena Allah memunculkan cinta-Nya melalui sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

( آل عمران : 31 )

“ Katakanlah (Muhammad), “Jika kalian mencintai Allah makaikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun Maha Penyayang” ( QS. Ali Imran : 31 )

Maka apakah salah jika kita mengadakan tasyakuran dan maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam?!. Semakin hari ummat semakin lupa dengan nabinya, dan ummat semakin kacau karena banyak muncul yang mengaku nabi, atau mengaku tuhan, dan mengaku Jibril, justru untuk menghadapi hal anarkis yang seperti adalah dengan mengenalkan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat hadirat yang dimuliakan Allah
Hadits yang telah kita baca tadi merupakan penjelasan dari firman Allah subhanahu wata’ala, dan sebagai pelajaran dan teguran untuk para sahabat, dimana Allah subhanahu wata’ala berfirma:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

( الحجرات : 2 )

“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara keras, sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, (karena) pahala segala amal kalian bisa terhapus sedangkan kalian tidak menyadari ” ( QS. Al Hujurat : 2 )

Maka sejak itu diturunkan, sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA jika berbicara kepada rasulullah dengan suara yang sangat rendah, sehingga suara itu hampir tidak terdengar, karena takutnya atas firman Allah tersebut, maka rasulullah berkata : “wahai Abu Bakr, keraskan suaramu aku tidak mendengarnya”. Allah tidak hanya mengancam dengan ancaman bahwa hal itu adalah dosa besar, bahkan Allah mengancam dengan menghapus seluruh amal pahalanya, dan hal itu bukan ditujukan kepada kita yang banyak berbuat dosa, namun kepada kaum Muhajirin dan Anshar, Khulafaur rasyidin, dan para ahlu Badr, jika mereka mengeraskan suara dihadapan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka seluruh amal pahalanya akan dihapus. Sungguh belum pernah Allah memerintahkan seorang hamba untuk memuliakan manusia melebihi raja-raja, kecuali perintah Allah untuk memuliakan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadits ini teriwayatkan ketika Rasulullah tidak melihat sayyidina Tsabit bin Qais disekitar beliau, rasulullah selalu memperhatikannya ketika shalat berjamaah dan di setiap majelis dia selalu ada, maka salah seorang sahabat pergi mencarinya kemudian mendapatinya di rumahnya menunduk dengan mengalirkan air mata, dan ketika ditanya : “wahai Qais bagaimana kabarmu?” maka ia menjawab : “ sungguh buruk keadaanku, karena aku ini termasuk golongan orang yang masuk neraka karena aku telah mengeraskan suara di hadapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, firman Allah yang turun membuat Tsabit bin Qais ketakutan. Dalam salah suatu riwayat dijelaskan bahwa Tsabit bin Qais ini memliki pendengaran yang kurang baik, maka ketika berbicara ia akan mengeraskan suaranya begitupula ketika ia berbicara di hadapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ketika ayat ini turun ia pun langsung masuk ke dalam rumahnya dan tidak lagi keluar dari rumahnya dan bersedih merasa bahwa ayat yang turun itu adalah teguran untuknya . Maka sahabat yang datang kepada Tsabit bin Qais tadi kembali menghadap rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan keadaan Tsabit bin Qais, maka rasulullah berkata : “Kembalilah engkau kepada Tsabit bin Qais dan sampaikan kepadanya kabar gembira yang sangat agung, bahwa dia bukanlah penduduk neraka namun di adalah penduduk surga”. Mengapa demikian? Karena dia sangat ingin menghormati sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian indahnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,dan hal itu adalah syafaat nabi kepada para sahabatnya, karena rasulullah adalah manusia yang sangat lembut dan penuh kasih sayang kepada siapa pun, kepada orang yang jahat sekalipun beliau bersifat lemah lembut, demikianlah akhlak mulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membagikan harta ghanimah kepada kaum faqir, maka disaat itu kaum fuqara’ pun banyak yang telah bergilir untuk mendapatkan bagian masing-masing, namun di saat itu salah seorang bapak yang sangat tua renta berkata kepada anaknya : “ kita berangkat nanti agak sore saja nak”, maka sang anak berkata : “wahai ayah nanti kita akan terlambat dan tidak mendapatkan bagian” si ayah menjawab : “jangan khawatir nak, aku tau betul sifat rasulullah, beliau akan tetap memberikan hak kita”. Maka ketika sampai di tempat pembagian ghanimah, semua orang sudah pulang, maka si ayah berkata kepada anaknya : “nak, sekarang kamu panggil rasulullah”, si anak berkata : “ ayah, pantaskah aku memanggil rasulullah hanya untuk hal seperti ini?” si ayah berkata: “ wahai anakku, rasulullah bukan orang yang bengis tetapi beliau orang yang penuh lemah lembut”, si anak pun datang kepada rasulullah dan berkata : “assalamu’alaikum wahai Rasulullah, ayahku datang untuk berjumpa”, maka rasulullah menyambutnya dengan berkata : “selamat datang, ambillah bagianmu ini dari tadi aku telah menunggumu, dan jika engkau tidak datang maka aku yang akan mengantarkannya ke tempatmu”, rasulullah mengetahui pasti jumlah kaum fuqara’, dan mengetahui pula siapa diantara mereka yang tidak datang, indahnya budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan ketika seorang budak wanita tua datang kepada Rasulullah dia bergetar ketika melihat kewibawaan rasulullah dan tidak bisa berbicara dihadapan beliau karena kewibawaan beliau, maka Rasulullah berkata: “jangan risau dan takut, katakanlah apa yang engkau inginkan, engkau tidak perlu datang kepadaku, jika engkau membutuhkanku dan engkau panggil aku maka aku pun akan datang kepadamu”. Sebagaimana jika anak kecil menarik tangnnya dan mengajaknya bermain maka beliau pun akan ikut kemanapun mereka membawanya, sungguh indah akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Dalam kesempatn yang mulia ini, kita mengingat juga kejadian hijrah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada tanggal 12 Rabi’ul Awal. Diriwayatkan di dalam Sirah Ibn Hisyam dan lainnya bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada malam Senin di awal bulan Rabi’ul Awal, kemudian tiba di Madinah Al Munawwarah pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa hijrahnya beliau dari Makkah Al Mukarramah sampai ke Madinah Al Munawwarah selama satu minggu, kenapa selama itu?, karena ketika izin hijrah telah turun dengan mimpi salah seorang wanita sahabiyah yang bermimpi para sahabat hijrah dari Makkah ke tempat yang hijau, maka rasulullah berkata : “itu adalah izin untuk hijrah”, dan tempat yang hijau itu adalah kota Yatsrib”, yaitu Madinah Al Munawwarah. Dan disaat itu keadaan rasulullah sangat sulit, padahal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mampu menghantam musuh-musuhnya hanya dengan doa, karena pengikut rasulullah disaat itu masih sangat sedikit maka pasukan musuh akan dengan mudah mengalahkannya, namun dengan kekuatan doa rasulullah sangat dahsyat seandainya beliau berdoa agar dunia dipendam oleh air pastilah hal itu akan terjadi. Dan Allah subhanahu wata’ala menjadikan seluruh kehidupan di alam semesta ini berpadu pada usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaiman firman Allah subhanahu wata’ala :

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ

( الحجر : 72 )

“ Demi umurmu (Muhammad), sungguh mereka terombang-ambing dalam dalam kemabukan (kesesatan)” ( QS. Al Hijr : 72 )

Dan kelanjutannya ayat itu adalah tentang cerita nabi Luth yaitu musibah yang ditimpakan kepada kaum nabi Luth As yang tidak beriman dan terus melakukan maksiat (homoseks) di muka bumi sehingga semua kaum yang tidak beriman itu dibinasakan dan tempat itu dikenal dengan sebutan Bahr Al Mayyit ( Laut mati ). Sungguh semua kejadian di permukaan bumi ini telah Allah ikat dengan usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaiahi wasallam. Semua zaman telah Allah ikat dengan usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan firman berfirman : “Demi usiamu”, darimana pendapat ini? beberapa tahun yang lalu guru mulia kita Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh menyampaikan tentang ayat ini di Masjid Al Munawwar ini, bahwa alam semesta ini telah Allah ikat seluruh kejadiannya dengan 63 tahun yaitu usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa demikian? karena rahmat Allah subhanahu wata’ala diikat dengan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

( الأنبياء : 107 )

“ Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” ( QS. Al Anbiyaa : 107 )

Maka ketika telah turun izin hijrah, rasulullah memerintahkan para sahabat untuk hijrah kelompok demi kelompok, namun rasulullah sendiri masih bertahan karena masih banyak hal-hal dan amanat yang harus diselesaikan. Dan para kuffar quraisy meskipun mereka memusuhi Nabi namun mereka mengetahui dan mempercayai bahwa nabi Muhammad adalah orang yang paling menjaga amanat dan tidak pernah khianat, mereka mereka memusuhi nabi namun barang-barang berharga mereka titipkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Seharusnya semua mereka beriman dan mengakui bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah dan masuk Islam dengan budi pekerti nabi ini, namun inilah hidayah yang tidak akan diberikan kecuali jika Allah menghendaki. Jadi kalau zaman sekarang ada orang yang mendustakan nabi maka hal itu disebabkan karena dua hal, pertama dha’f al iman yaitu lemahnya iman dan kedua karena tidak atau belum mendapatkan hidayah. Maka jika seseorang tidak mendapatkan hidayah maka hanya berdoa yang dapat kita perbuat dan dengan mendakwahinya secara perlahan-lahan, jika Allah berikan hidayah kepadanya maka ia akan berubah. Sebagaimana kita ketahui bahwa Abu Lahab adalah paman nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dia melihat rasulullah, menyaksikan kelahiran rasulullah, duduk bersama rasulullah dan melihat ajaran rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam namun dia tetap tidak beriman dan tetap dengan kekufurannya, karena dia tidak mendapatkan hidayah dari Allah, padahal dia berjumpa dan melihat rasulullah secara langsung, maka terlebih lagi zaman sekarang yang puluhan abad setelah zaman rasulullah, maka sungguh sangat wajar namun perlu diluruskan bukan berarti dibiarkan. Kelemahan iman yang ada di zaman ini, mereka tidak mengetahui siapa nabi mereka, jika mereka mengetahui dan mengenali nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka mereka tidak akan mengaku nabi lain selain nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka akan mengakui satu nabi mereka yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka ketika para sahabat mulai hijrah, sayyidina Abu Bakr ingin berangkat hijrah terlebih dahulu namun rasulullah menahannya, mengapa sayyidina Abu Bakr As Shiddiq ingin berangkat terlebih dahulu ? karena Abu Bakr As Shiddiq adalah orang yang kaya raya, maka kuffar quraiys marah jika beliau selalu mengikuti nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu nabi Muhammad akan aman dari gangguan kuffar quraisy jika sayyidina Abu Bakr tidak bersama rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun rasulullah tetap tidak mengizinkannya hingga tibalah suatu hari ketika jika sayyidah Asma bint Abi Bakr As Shiddiq melihat rasulullah mendatangi rumahnya di siang hari ketika matahari sangat terik, pastilah ada sesuatu yang penting, maka sayyidina Abu Bakr berkata : “wahai Rasulullah sudah adakah izin untuk berangkat hijrah?”, rasulullah menjawab : “iya, betul wahai Abu Bakr”, kemudian sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata : “bolehkah aku menemanimu wahai rasulullah?”, rasulullah menjawab : “engkau yang akan menemaniku wahai Abu Bakr”, maka Abu Bakr langsung menangis haru dan memeluk nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “wahai Rasulullah aku siapkan 2 ekor onta”, rasulullah berkata berkali-kali : “aku akan membayarnya”, namun sayyidina Abu Bakr As Shiddiq menolaknya bahkan beliau mengeluarkan seluruh hartanya untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika sayyidina Abu Bakr ditanya : “apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?”, maka beliau menjawab : “aku menyisakan Allah dan rasul-Nya untuk kelurgaku”. Itulah madzhab sadaqah Abu Bakr As Shiddiq RA. Oleh karena itu dalam salah satu kejadian, dimana ada kakak beradik, si kakak adalah pengusaha dan si adik adalah orang yang sangat cinta kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, suatu saat ketika musim panen dia berkata kepada adiknya : “ adikku, aku akan berangkat haji, jika telah tiba waktu panen maka hasilnya engkau taruh di dalam lumbung dan keluarkan zakatnya”, dan si kakak pun berangkat untuk ibadah haji. Setelah kembali dari haji dia bertanya kepada adiknya : “adikkku, bagaimana sudah panen kah kita?” Si adik menjawab : “sudah”, “lalu zakatnya sudah engkau keluarkan?” Tanya sang kakak, si adik menjawab : “sudah”. Maka si kakak pergi ke lumbung untuk melihat hasil panennya dan ternyata di dalamnya tidak tersisa apa-apa, maka ia berkata : “adikku, bagaimana hasil panen kita?” si adik menjawab : “sudah kubayarkan semua untuk zakat”, si kakak berkata : “zakat hanya 2,5 %, madzhab zakat siapa yang engkau ikuti?” si adik menjawab : “madzhab sayyidina Abu Bakr As Shiddiq”, maka sang kakak pun hanya terdiam. Sayyidah Asma bint Abu Bakr As Shiddiq digelari Dzinnithaqain (pemilik 2 tali) dan kelak di surge akan dipanggil dengan gelar itu, diberi julukan itu karena ketika rasulullah dan sayyidina Abu Bakr bersiap untuk berangkat hijrah dan perlengkapan mulai diikat di tunggangan rasulullah dan sayyidina Abu Bakr, disaat itu kekurangan tali untuk mengikat perlengkapan itu dan tidak mendapatkan tali lagi, maka sayyidah Asma pun mencabut tali panjang yang mengikat bajunya kemudian dipotong menjadi 2 bagian dan tali yang yang satunya diikatkan di onta rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Berangkatlah Rasulullah bersama sayyidina Abu Bakr untuk hijrah dan mereka masuk ke goa Tsur terlebih dahulu supaya orang-orang yang mengejar mereka kehilangan jejak, karena mereka akan mengira bahwa Rasulullah dan Abu Bakr menuju Madinah Al Munawwarah. Padahal jika rasulullah berkehendak dan berdoa kepada Allah agar tidak ada yang mengejar mereka maka pastilah Allah mengabulkannya dan selesailah permasalahan, namun karena indahnya adab rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau tetap menghadapi keadaan itu dengan penuh kesabaran, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

( القلم : 4 )

“ Dan sesungguhnya engkau ( Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti yang luhur” ( QS. Al Qalam : 4 )

Beberapa hari Rasulullah dan sayyidina Abu Bakr berada di goa Tsur, dan sayyidah Asma binti Abu Bakr naik ke atas gunung secara diam-diam membawakan makanan untuk rasulullah dan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA. Di dalam riwayat Shahih Al Bukhari disebutkan bahwa rasulullah dan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq tidak keluar dari goa kecuali di saat teriknya matahari, karena di saat itu kaum kuffar quraisy tidak ada yang keluar rumah karena teriknya sinar matahari, mereka hanya keluar di pagi hari, sore atau mungkin malam hari. Jadi ketika pagi, sore atau malam hari rasulullah bersama sayyidina Abu Bakr bersembunyi di goa, demikian hari-hari dilewati oleh rasulullah bersama sayyidina Abu Bakr dalam perjalanannya menuju Madinah Al Munawwarah. Sebagaimana dalam riwayat disebutkan ketika sayyidina Barra’ bin ‘Azib RA meminta sayyidina Abu bakr untuk menceritakan perjalanan hijrahnya bersama Rasulullah ke Madinah Al Munawwarah, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata : “kami tidak keluar dari goa kecuali ketika terik matahari dan ketika Rasulullah mulai kelelahan kami mencari tempat untuk berteduh lalu aku bentangkan rida’ (surban) ku agar rasulullah duduk di atasnya, kemudian aku tinggalakan rasulullah untuk mencari sesuatu yang bisa kita minum atau kita makan, maka aku pun berjalan hingga bertemu dengan pengembala kambing, kemudian aku membeli susu dan air dari pengembala kambing itu, dan sebelum susu itu diperas aku bersihkan terlebih dahulu dari debu, barulah kemudian diperas,lalu disaat susu itu diletakkan di mangkok maka aku letakkan kain untuk menyaring susu itu supaya tidak ada debu yang masuk, kemudian kantong yang berisi susu itu kumasukkan ke dalam air agar susu itu menjadi dingin, kemudian kubawa susu itu dan kuserahkan kepada Rasulullah untuk meminumnya, setelah beliau meminumnya dan hilang rasa haus beliau pun tertidur di pangkuanku”, dan aku hanya diam saja disaat rasulullah tidur, setelah beliau bangun maka kami melanjutkan perjalanan lagi, dalam perjalanan itu sesekali aku berjalan di depan atau belakang rasulullah karena khawatir jika ada musuh dari arah itu, dan sesekali aku berjalan di sebelah kiri atau kanan rasulullah khawatir jika musuh menyerang dari arah itu, dan ketika aku melihat ke belakang ternyata Suraqah bin Malik (orang yang paling pandai mencari jejak dan juga ahli pemanah) mengejar kami dari belakang, maka aku berkata kepada Rasulullah : “wahai rasulullah, seseorang telah menyusul kita dari belakang”, maka rasulullah berkata : “wahai Abu Bakr, jangan khawatir dan takut sungguh Allah bersama kita”, maka Suraqah pun terus mengejar mereka hingga akhirnya kudanya terpendam oleh bumi, maka Suraqah bin Malik berkata : “wahai Rasulullah doakan aku agar terlepas dari pendaman bumi ini, dan aku berjanji tidak akan mengejar kalian lagi”, (diriwayatkan dalam Sirah Ibn Hisyam bahwa kejadian itu terjadi hingga 3 kali ketika Suraqah terlepas dari pendaman tanah ia kembali mengejar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dan yang ketiga kalinya Suraqah pun terlepas dari pendaman bumi, maka Suraqah meminta surat kepada Rasulullah sebagai tanda bahwa ia pernah berjumpa dengan nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam”. Maka Suraqah pun pelang dan berkata kepada kuffar quraisy bahwa dia tidak menemui jejak rasulullah sama sekali, agar orang kuffar quraisy tidak lagi mencari rasulullah dan sayyidina Abu Bakr. Demikian Rasulullah dan sayyidina Abu Bakr terus melewati hari-harinya hingga pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 1 H, dimana saat itu sayyidina Hamzah bin Abdul Mutthalib Ra dan para sahabat lainnya yang telah sampai di Madinah risau karena Rasulullah belum juga sampai ke Madinah. Maka disaat itu ada seorang Yahudi yang naik ke atas pohon dan melihat 2 orang yang menuju Madinah yang seorang wajahnya terang benderang seperti bulan purnama, oarng Yahudi itu berkata : “sepertinya dialah orang yang kalian tunggu-tunggu”, sebagaimana yang diriwayatkan oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib yang berkata : “seakan-akan matahari dan bulan beredar di wajah Rasulullah” , ketika mendengar kabar itu semua ahlu Madinah keluar dari rumah-rumah mereka hingga sampai di depan gerbang Madinah. Disaat itu sayyidina Abu Bakr berada di bagian depan karena khawatir jika ada musuh yang menyerang dari

Baik Buruk Jasad Seseorang  

Posted by lakaransakinah in

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw: “Ketahuilah bahwa pada jasad terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, jika ia buruk maka buruklah seluruh jasadnya, ketahuilah itu adalah hati” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang telah menyambungkan kita untuk melangkah dan hadir ke majelis yang langsung berhubungan dengan rantai terkuat, sang pemimpin luhur, yang dikenal sebagai Imam Qubbah Al Khadraa' ( Kubah Hijau ) dialah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Setiap penziarah yang mengunjungi Madinah Al Munawwarah akan melihat di sisi kanan dan kiri bangunan yang mewah, jalan-jalan yang indah dan pernak-pernik keindahan, namun ketika matanya terbentur melihat pada Kubah Hijau Masjid An Nabawy maka bergetarlah jiwa dengan mahabbah dan kerinduan kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, air mata tak terbendung ketika memandang Qubbah Al Khadhra’ ( Kubah Hijau ) yang dibawahnya dimakamkan jasad luhur sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang selalu menjawab hamba-hamba yang mengucapkan salam kepada beliau. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : " Jika seseorang dalam shalatnya mengucapkan " Assalamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillahi as shaalihin ( salam sejahtera bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang shalih )", maka Allah subhanahu wata'ala akan menyampaikannya kepada seluruh hamba yang shalih di langit dan di bumi ". Hal ini menunjukkan bahwa hamba yang shalih bukan hanya di alam barzakh atau alam dunia yang hidup, namun juga berada di langit diantara mereka adalah para malaikat, para shiddiqin ( orang-orang yang benar) dan para muqarrabin ( yang mendekat kepada Allah). Dan juga terbukti dari riwayat Shahih Al Bukhari dimana ketika salah seorang syuhada' Badr, ketika ia wafat maka ibunya menangisinya kemudian datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan berkata : “wahai Rasulullah, jika seandainya anakku masuk ke dalam surga maka aku akan tenang, namun jika kematiannya sia-sia dan belum jelas kemana ruhnya maka sungguh aku tidak akan pernah merasa tenang hingga aku wafat”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :

إِنَّ ابْنَكِ فِي فِرْدَوْسِ اْلأَعْلَى

“ Sungguh putramu berada di surga Firdaus yang tertinggi ”

Kecintaaan para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi kecintaan mereka kepada semua makhluk yang dicintainya, dan cinta kepada Allah tiada akan pernah tercapai kecuali dengan cinta kepada kekasih Allah, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana sabda beliau riwayat Shahih Al Bukhari:

لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Belum sempurna iman salah seorang diantara kalian, hingga aku lebih dicintainya dari ayah ibunya, anaknya, dan seluruh manusia”

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَمَالِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“ Belum sempurna iman salah seorang diantara kalian, hingga aku lebih dicintainya dari dirinya sendiri, keluarganya, dan seluruh manusia ”

Hadirin hadirat, hal itu merupakan derajat yang sulit untuk kita capai namun kita telah memasuki pintunya dengan hadirnya kita di majelis ini, karena tidak ada satu pun yang hadir di majelis ini yang membenci sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak ada satu pun yang tidak ingin melihat wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak seorang pun yang tidak rindu untuk melihat wajah yang paling indah, wajah yang paling ramah dan paling baik yang tidak ingin mengecewakan perasaan orang lain, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan manusia selain beliau pastilah mempunyai banyak kesalahan, siapa pun dia selama dia bukan nabi atau rasul maka dia tidaklah ma'sum, dan pasti memiliki kesalahan. Maka yang menjadi dalil bahwa di langit ada para shalihin adalah perkataan Rasulullah kepada seorang ibu yang anaknya wafat dalam perang Badr, beliau mengatakan bahwa putranya berada di surga Firdaus yang tertinggi, semoga Allah jadikan aku dan kalian berada di antara mereka, dimana ketika wafat hanya melewati alam barzakh sebentar kemudian lansung ke Firdaus Al A’laa, amin allahumma amin. Ketika surga Firdaus terbuka maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk kedalamnya bersama orang-orang yang didizinkan Allah, dan semoga kita yang menyambutnya, amin allahumma amin. Hadirin hadirat, cita-cita yang luhur akan mendapatkan pahala yang luhur pula, sedangkan cita-cita yang hina akan membuat kehidupan masa depan kita menjadi hina, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda agar berhati-hati terhadap lintasan pemikiran, karena bisa saja Allah memberi apa-apa yang sedang terlintas di dalam pemikiranmu, ketika pemikiranmu baik maka bisa saja Allah memberikan kebaikan itu kepadamu tanpa engkau memintanya. Jika tiba-tiba lintasan pemikiranmu menghina si fulan maka dalam sekejap bisa saja dalam waktu selanjutnya engkau akan melewati nasib yang serupa dengan si fulan.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Allah subhanahu wata’ala berfirman :

لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ ، أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ ، بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ ، بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ ، يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ ، فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ ، وَخَسَفَ الْقَمَرُ ، وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ، يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ ، كَلَّا لَا وَزَرَ ، إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ ، يُنَبَّأُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ ، بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ ، وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ

( القيامة : 1- 15 )

“ Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri), Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?, bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna, bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus, Ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?", Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?", sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!, hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali, pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya, Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri , meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya" . ( QS. Al Qiyamah : 1-15 )

Manusia berani berbuat dosa dan maksiat di hadapan Allah, padahal tiada satu makhluk pun kecuali kesemuanya berada dalam penglihatan dan pemantaun Allah subhanahu wata'ala. Jika engkau menghayati dan mengulang-ulang ayat ini dimana engkau setiap detik dan waktu selalu dalam penglihatan-Nya. Tanpa malu mereka yang banyak melakukan dosa di hadapan Allah bertanya tentang hari kiamat kapan terjadi. Ingatlah ketika semua mata terbelalak karena takut akan ledakan yang muncul dari dalam bumi, lahar dan air lautan berpadu dan semua planet di angkasa raya satu persatu berbenturan dengan planet yang lainnya, bulan tiada lagi bercahaya dan ketika itu digabungkan menjadi satu dengan matahari, maka disaat itulah manusia bertanya dimanakah tempat berlindung, sungguh ketika itu tidak ada lagi tempat berlindung namun semua akan kembali kepada Allah dan mempertanggungjawabkan kehidupannya di dunia, dan ketika itu akan diberitahukan kepada manusia apa yang telah dia perbuat semasa di dunia dan apa yang akan dia terima sebagai balasannya. Semoga syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama kita. Ya Allah, bagaimana keadaan kami kelak disaat Engkau tanyakan tentang satu kenikmatan melihat yang tidak akan terbayar meskipun dengan ribuan tahun ibadah, disaat itu diberitahukan semua dosa-dosa kami, dan ketika itu pula diberitahukan amal ibadah kami yang mungkin di dalamnya terdapat riya’, sombong, atau makanan syubhat dan lainnya. Al Imam Ghazali berkata bahwa ada orang-orang yang mendapatkan dosa riya’ padahal dia dalam keadaan sendiri, tidak ada orang yang melihatnya namun ia terkena dosa riya’, mengapa? Misalnya seseorang shalat sendiri namun dalam hatinya ia berkata jika ada orang yang melihat aku beribadah pastilah dia akan memujiku, maka terkenalah dia dosa riya’. Maka disaat itu (di hari kiamat) manusia akan menerima apa yang akan didapatkan setelah pertimbangan itu. Ya Allah berilah kami syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits luhur, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَلاَ إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ

“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, bila ia baik niscaya seluruh jasad akan baik, dan bila ia rusak, niscaya seluruh jasad akan rusak pula, ketahuilah segumpal daging itu ialah hati “

Kalimat “qalb” dalam bahasa Indonesia artinya adalah yang berdetak yaitu jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh, namun hadits ini mempunyai makna yang dalam, makna yang pertama adalah makna yang zhahir yaitu jika segumpal darah itu baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika segumpal darah itu buruk maka buruklah seluruh tubuhnya, maksudnya jika jantung itu memompa darah kurang baik maka akan berantakan seluruh tubuhnya. Namun secara bathin berarti bahwa jika segumpal darah itu baik yaitu penuh dengan sifat-sifat yang luhur maka ucapan, penglihatan, pendengaran, dan perbuatannya pun akan luhur, dan segala-galanya penuh dengan rahmat Allah, dan jika dia dipenuh dengan rahmat maka dia akan menjadi matahari rahmat Ilahi, sebagai pewaris dari para penyebar rahmat Ilahi, pewaris dari segala sumber rahmat Ilahi, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang Allah sebut sebagai “Sirajan Muniira” yaitu pelita yang terang benderang, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah menjaga matahari-matahari hidayah, pewaris nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang datang dari Allah subhanahu wata’ala. Semua dari para nabi dan rasul ingin bersama dengan kelompok para shalihin, sebagaimana doa nabi Ibrahim AS, firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat As Syu'araa :

رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

( الشعراء : 83 )

“ Ya Allah, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih”. ( QS. As Syu’araa : 83 )

Dalam surat yang sama Allah subhanahu wata’ala berfirman :

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ، إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

( الشعراء : 88-89 )

" (yaitu) pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih “ ( QS. As Syu’araa : 88 – 89 )

Nabi Ibrahim AS tidak memohon untuk dijadikan sebagai orang shalih, namun meminta untuk dipertemukan dengan para shalihin karena beliau merasa sangat jauh dengan mereka, seakan-akan orang yang tertinggal dan berpisah dengan rombongannya dan ingin dipertemukan dengan menyusul mereka, demikianlah doa nabiyullah Ibrahim AS Abu Al Anbiyaa, beliau digelari demikian karena banyak keturunannya dari bani Israil yang menjadi nabi. Kemudian nabi Ibrahim juga memohon kepada Allah untuk diselamatkan di hari dimana tidak ada lagi gunanya harta dan keluarga, kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang baik dan indah, hati yang indah adalah hati yang penuh cinta kepada sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, hati yang dipenuhi dengan cinta kepada Rasulullah itulah hati yang akan dituangi cinta kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga Allah menjadikan kita diantara mereka. Jika kita tidak mampu untuk mencapai derajat itu namun kita telah mendengarnya, maka semoga Allah tidak mewafatkan kita kecuali kita telah mencapai derajat itu, amin.

Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling ingin agar kita selamat, maka ummatnya ditolong di dunia, di alam barzakh, dan di hari kiamat . Pertolongan rasulullah ketika hari kiamat, hal itu sudah sangat sering kita bahas di majelis-majelis dan dimana-mana. Adapun pertolongan Rasulullah di barzakh sebagaimana dalam riwayat Shahih Muslim Ketika Rasulullah bertanya tentang seorang wanita yang dalam kebiasaannya selalu menyapu masjid, dan ketika itu tidak lagi pernah kelihatan dan ternyata wanita itu wafat, maka Rasulullah marah dan berkata kepada para sahabat : " mengapa kalian tidak memberi tahu aku ", maka sahabat menjawab : " Wahai Rasulullah disaat itu kami menguburkannya sudah larut malam ,dan kami tidak ingin mengganggumu dengan membangunkanmu ", Rasulullah berkata : " Tunjukkan aku kuburnya ", kemudian sahabat mengantar beliau ke kuburan wanita itu lalu Rasulullah melakukan shalat ghaib di depan kuburnya bersama para sahabat, maka setelah selesai melakukan shalat Rasulullah berkata : " Perkuburan disini penuh dengen kegelapan, namun Allah menerangi kubur mereka semua karena aku menshalati mereka". Maka syafaat Rasulullah juga terdapat di alam kubur sebagaimana riwayat Shahih Muslim. Dan syafaat beliau shallallahu 'alaihi wasallam juga untuk para pendosa di dunia, sebagaimana riwayat Shahih Muslim ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah hijrah ke Madinah maka ada dua orang sahabat ingin menyusul Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk Hijrah dari Makkah, di tengah perjalanan salah seorang teman itu sakit parah, karena tidak bisa lagi menahan sakitnya maka ia mengambil pisau dan memotong urat nadinya, hal ini merupakan dosa besar karena telah melakukan bunuh diri, setelah dimakamkan temannya melanjutkan perjalanannya, dan di tengah perjalanan ia bermimpi bertemu temannya yang telah wafat kemudian ia berkata : " bagaimana keadaanmu?, kini aku melanjutkan perjalananku seorang diri menuju ke Madinah untuk berjumpa Rasulullah", maka temannya yang telah wafat menjawab : "Aku telah diampuni oleh Allah karena aku ingin hijrah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, namun tangan yang aku gunakan untuk memotong urat nadiku ini tidak diampuni oleh Allah", maka setelah bangun tidur ia melanjutkan perjalanan ke Madinah dan sesampainya di Madinah ia bercerita kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang mimpi itu. Dalam ilmu hadits jika sudah diceritakan maka bukan lagi termasuk mimpi, bahkan setelah diceritakan kepada Rasulullah, beliau pun telah membenarkannya, kemudian Rasulullah berdoa berkali-kali : " Wahai Allah ampunilah tangannya". Demikianlah akhlak nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ

"
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat "

Kita tidak melihat langsung shalatnya Rasulullah, tetapi kita mempunyai guru dan sanad, namun tidak semua orang bisa melihat atau mengikuti guru-guru mereka secara mutlak, karena terkadang kita hanya mengikutinya saja dan ternyata guru kita lagi kurang sehat, misalnya diantara kita ada yang berkata : "guru saya kalau shalat duduk tahiyyat nya kok berbeda dengan yang lain, maka lebih baik saya mengikuti guru saya saja", tidak demikian namun harus kita tanyakan terlebih dahulu mungkin saja beliau pernah kecelakaan sehingga cara duduk nya berbeda dengan yang lain, maka jangan terburu-buru mentaqlid tanpa ilmu tapi tanyakanlah terlebih dahulu kepada guru kita. Dan kebetulan ada buku yang bagus tentang sifat-sifat shalat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang ditulis oleh sayyid Al Habib Ali Hasan As Saqqaf dari Jordan, dan buku itu sudah kita tarik kurang lebih 10.000 buku dan bisa didapatkan di kios nabawi bagi yang menginginkannya. Dalam buku itu dijelaskan bagaimana tata cara shalat nabi, rukuknya, sujudnya, duduknya dan lain serta dalil-dalinya, pengarangnya adalah termasuk Ahlu sunnah wal jamaah dan bermadzhab Syafi'i. Hadirin hadirat, saya mohon maaf dalam seminggu kemarin saya tidak bisa hadir majelis, mungkin karena banyaknya dosa sehingga Allah tidak mengizinkan saya untuk memandang wajah-wajah orang yang indah dengan niat-niat yang suci, tetapi Alhamdulillah malam hari ini Allah mengizinkan untuk hadir di Majelis Rasulullah.

Hadirin hadirat, ada beberapa pesan dari guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, ada hal-hal yang bisa saya sampaikan kepada jamaah ada ada yang tidak bisa saya sampaikan. Diantara hal yang bisa saya sampaikan adalah bahwa beliau menghimbau dan menginginkan kita semua untuk membuat halaqah-halaqah ( perkumpulan ) ibadah di rumah-rumah, mushalla atau di masjid. Misalnya si fulan sangat gemar membaca Al Qur'an maka buatlah halaqah Al Qur'an dengan mengajak teman-temannya ngaji 5 atau 6 orang atau lebih dengan cara berpindah-pindah dari rumah ke rumah setiap malam atau setiap minggu. Atau jika si fulan sukanya Ilmu Fiqh, maka carilah guru yang bisa mengajar Fiqh dan adakan pertemuan di rumah dengan berpindah-pindah dari rumah ke rumah, mengapa harus berpindah-pindah dari rumah ke rumah? supaya penduduk rumah itu yang tinggal di rumah itu atau yang kebetulan datang berkunjung, mereka juga ikut mendengarkannya. Begitu juga yang suka dzikir atau maulid maka buatlah perkumpulan antara 5, 10 atau 20 rumah, dan ketahuilah asal muasal majelis malam Selasa ini dimulai dengan halaqah-halaqah kecil seperti itu, berpindah dari rumah ke rumah yang semakin hari semakin banyak dan semakin besar. Dan beliau ( Al Habib Umar ) mengatakan jika hal ini terus berakar ke masyarakat dengan terus mengenalkan ibadah dan kedamaian maka akan muncul generasi-generasi yang gemar dzikir dan beribadah, politikus yang suka beribadah, pedagang yang suka beribadah, maka generasi-generasi selanjutnya adalah orang-orang yang tarbiyah ibadahnya hidup kembali seperti masa-masa yang lalu, maka tidak hanya hidup untuk dunia saja namun akhirat juga diperhatikan. Beliau berkata dengan gerakan-gerakan seperti ini akan banyak kebaikan yang muncul, insyaAllah. Dan selanjutnya beliau juga menyampaikan kepada kita untuk bersatu dan tidak berpecah belah dengan kelompok yang berbeda pendapat dengan kita, untuk terus menjalin persatuan antara kita dengan ulama' atau dengan majelis ta'lim yang lain, persatuan antar sesama muslim dan jauhkan bentrokan dengan ummat yang berbeda agama, juga jauhkan benturan dengan pemerintah dan lainnya, kecuali ada yang mengganggu kita maka dalam hal ini sudah ada instruksi dari Allah yaitu jika kita diperangi maka kita tidak boleh hanya diam saja, namun jika kita tidak diganggu dan tidak diperangi maka jangan sampai kita yang memulainya. Beliau menyampaikan salam ta'zhim untuk kita semua karena beliau tidak bisa datang ke Indonesia di tahun ini kecuali di Bulan Muharram tahun yang akan datang Insyaallah. Dan kita doakan beliau semoga selamat dalam perjalanan, perjalanan kali ini adalah perjalanan yang terlama dalam hidup beliau selama kurang lebih 3 bulan beliau akan keluar dari Hadramaut mengelilingi benua Eropa, Amerika dan Australia untuk menyebarkan dakwah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam . Semoga Allah melimpahkan untuk beliau ketenangan dan kesuksesan dalam dakwahnya, Allah jadikan dakwah yang penuh dengan keluhuran dan kedamaian, dan selalu dalam lindungan Allah subhanahu wata'ala. Dan kita berdoa bersama semoga Allah memuliakan kita dan melimpahkan kepada kita kebahagiaan, kedamaian dan keluhuran, dan semua hajat dunia dan hajat akhirah kita dikabulkan oleh Allah subhanahu wata'ala, maka sebutkanlah semua hajatmu di dalam hati disaat menyebut nama Allah, dan tenggelamkan di samudera nama-Nya…

Pendidikan,Tarbiah Mampu Ubah Akhlak  

Posted by lakaransakinah in

IMAM Al-Ghazali berpendapat, akhlak manusia boleh diubah dan ditukar melalui pendidikan dan tarbiah.

Haiwan liar dapat dijinakkan, inikan pula manusia yang dikurniakan akal bagi membolehkannya membezakan baik dan buruk.
Imam Al-Ghazali menyatakan sekiranya akhlak tidak berubah, kewujudan agama di dunia ini tidak memberikan makna. Semua agama menyeru kepada perubahan, amar makruf dan nahi mungkar.
Begitu juga dengan maksud mutiara kata berikut: “Manusia yang rugi hidupnya ialah manusia yang dikurniakan akal, tetapi tidak mahu berfikir mengenai kebesaran Allah. Dikurniakan penglihatan, tetapi tidak mahu melihat kebaikan. Dikurniakan pendengaran, tetapi tidak mahu mendengar nasihat dan dikurniakan hati tetapi tidak mahu menghayati kebesaran Allah.”
Apakah cara mendekatkan diri kepada Allah? Imam Al-Ghazali berpesan:
Meyakini bahawa Allah sentiasa bersama kita di mana kita berada.
Hendaklah sentiasa reda atas segala anugerah Allah.
Hendaklah sentiasa mensyukuri nikmat-Nya.
Menjaga tujuh anggota dan pancaindera yang boleh menjadi punca maksiat dan sebagainya
Imam Al-Ghazali juga menggariskan 10 sifat mahmudah (terpuji) di dalam kitab Arbain Fi Usuluddin iaitu taubat, khauf (takut), zuhud, sabar, syukur, ikhlas, tawakal, mahabbah (kasih sayang), reda dan zikrul maut (mengingati mati).

Beliau menggariskan 10 sifat mazmumah (tercela atau keji) iaitu banyak makan, banyak bercakap, marah, hasad dengki, bakhil, cintakan kemegahan, cintakan dunia, bangga diri, ujub (hairan diri) dan riak.

Satu lagi pesan Imam Al-Ghazali: “Yang dekat itu mati, yang jauh itu masa, yang besar itu nafsu, yang berat itu amanah, yang indah itu solat, yang tajam itu lidah.”

Berbahagialah bagi orang yang mengisi sepenuh masanya dengan memuji Allah, beramal sebelum mati, meninggalkan maksiat demi keredaan Allah walaupun dalam segala kepayahan.

Ketika berbicara mengenai faedah menuntut ilmu, Imam Al-Ghazali pernah berkata: “Ilmu menjadikan kita berkasih/cinta kepada amalan soleh. Sebaik-baik kekasih adalah kekasih yang akan menemani kita di alam akhirat iaitu ilmu. Oleh itu, tiada kekasih yang lebih baik daripada amalan soleh yang kita lakukan untuk menemani dan membantu kita.

”Katanya lagi, ilmu memberitahu apakah amalan kekal dan dinilai tinggi oleh Allah.

Ramai orang berusaha mengumpul harta dunia tanpa menyumbang kepada orang lain. Allah berfirman maksudnya: “Apa yang berada di sisinya itu semuanya akan habis, dan pahala yang ada di sisi Allah itu adalah suatu yang kekal abadi.” (Surah an-Nahl, ayat 96).

Tangisan Keinsafan Pembersih Dosa  

Posted by lakaransakinah in

Bangun dan sujud pada tengah malam amalan Rasullah serta sahabat

SAIDINA Abu Bakar al-Siddiq adalah seorang sahabat Rasulullah SAW yang amat penyedih. Apabila beliau membaca ayat Allah, air matanya tidak dapat dibendung. Hatinya begitu lembut, sensitif dan cepat tersentuh.

Saidina Umar pula suka mengingatkan dirinya terhadap hari perhitungan. Ketakutan sentiasa menguasai hatinya. Wajahnya diguris bekas aliran tangisan yang terus-menerus mengalir mengingat hari perjumpaan dengan Allah kelak.
Ketika dalam keadaan sakit tenat yang membawa kepada kematiannya, beliau berkata, kepada anaknya Abdullah bin Umar: “Letakkan pipiku di atas tanah.” Abdullah melarang dengan lembut sambil berkata: “Wahai ayah, bukankah itu akan membuatmu semakin sakit?” Umar berkata lagi: “Aku tidak peduli, letakkan aku di atas tanah, celakalah aku jika Tuhanku tidak merahmati aku!”
Tangisan adalah ubat bagi hati yang keras. Ia mendatangkan cahaya dan membersih daripada kekotoran dosa, manakala berlebihan tertawa dan bersenda gurau membawa kepada kelalaian, mengeraskan hati dan mengeruhkan kesuciannya.
Rasulullah SAW suatu ketika bertemu sahabat yang tertawa sambil bergurau. Baginda SAW bersabda maksudnya: “Jika kamu semua mengetahui seperti apa yang aku ketahui, nescaya kamu akan banyak menangis dan sedikit tertawa."
Ada beberapa alasan mengapa orang beriman perlu menangisi dirinya.
Dia tidak tahu qada dan qadar atas dirinya.
Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Sesungguhnya kamu dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibu 40 hari air mani, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari lagi, kemudian menjadi seketul daging selama 40 hari, kemudian diutuskan kepadanya malaikat lalu ditiupkan roh kepadanya dan dituliskan empat kalimah iaitu rezekinya, umurnya, amalnya, celakanya atau bahagianya. Maka, demi Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya seseorang mengerjakan amal ahli syurga sehingga tidak ada jarak antaranya dengan syurga itu melainkan sehasta, kemudian terdahulu atasnya ketentuan tulisan lalu ia pun mengerjakan amal ahli neraka maka masuklah ia ke dalamnya. Dan seseorang mengerjakan amal ahli neraka sehingga tidak ada jarak di antaranya dengan neraka kecuali sehasta. Kemudian terdahulu atasnya ketentuan tulisan lalu dia pun mengerjakan amalan ahli syurga maka masuklah dia ke dalamnya." (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Siapakah yang boleh menjamin nama kita termasuk dalam senarai ahli syurga?Tidakkah hal itu petanda bahawa kita tidak berkuasa menolong diri sendiri? Letakkanlah diri kita sentiasa dalam keadaan cemas, takut dan harap kepada Allah. Caranya dengan banyak menangis dan memohon pertolongan-Nya.

Menangislah kerana ingat terhadap malam pertama di alam kubur.
Siapakah yang menjadi teman untuk seorang pengantin yang memakai helaian kafan?

Ditinggalkan sendirian menanggung nasib, meratapi kepergian orang yang menghantar ke kuburnya. Jangan pergi! Mana anakku, isteri dan saudara mara yang dulu mengasihiku? Semua hartaku, siapa yang menghabiskan segala jerih payahku selama ini? Lubang itu terlalu sempit, tempat cacing dan ulat menggigit-gigit.

Malam pertama di sini sungguh berat ditanggung sendiri. Ada malaikat yang datang membawa urusan amat penting. Persoalan yang bukan senda gurau kekasih pada malam pengantin. Bahkan, gertakan yang mengecutkan hati dan kekerasan yang memadamkan kegembiraan.

Siapakah yang mahu menolong aku, menemani dan membela diriku? Di mana sembahyang, puasa, haji dan sedekahku? Datanglah selimuti aku daripada kepedihan
seksa ini. Di mana bacaan al-Quran, zikir dan kelembutan lidah yang pernah mengeluarkan kata-kata yang baik?

Datanglah semua segala kebaikanku dari atas kepala, di sebelah tangan, di kaki, di seluruh tubuh badan yang kaku dan pucat ini.

Siapakah yang sanggup membela jika bukan amal salih di dunia. Mayat itu menangis di perut bumi, menyesal mengapa dulu ia tidak menangis ketika bersimpuh di atas bumi?

Menangis kerana ingatkan hari perhitungan.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: "Orang yang muflis di kalangan umatku ialah: Seseorang yang datang pada hari kiamat dengan pahala sembahyang, puasa dan zakat. Tetapi, dia pernah mencaci si polan, menuduh si polan, menumpah darah si polan dan memukul si polan. Maka akan diberikan kepada orang yang teraniaya itu daripada pahala kebaikan orang tadi sehingga apabila habis pahalanya, sedangkan belum semua terbayar, maka akan diambil ganti dari dosa orang itu dan dibebankan kepadanya dan dia dicampakkan ke dalam neraka kerananya." (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Ingatlah keaiban diri yang terlalu banyak untuk dihitung, jangan sibuk menyebut aib orang lain. Semua orang di sekeliling kita tidak dapat menolong kecuali amal ibadat yang dilakukan dengan keikhlasan.

Bilakah saat dan ketika paling tepat untuk kita menangis supaya lembut hati yang keras oleh hawa nafsu yang dituruti? Pada tengah malam yang dingin, bangun dan berdiri tanpa diketahui oleh manusia yang asyik bermimpi, sujud dan doa yang panjang, bacaan al-Quran dan zikrullah juga istighfar.

Amalan ini menjadi kebiasaan Rasulullah SAW dan sahabatnya serta menjadi ikutan orang salih yang mahukan ketenangan jiwa pada akhir zaman ini. Ubati kegelisahan, tekanan dan kesakitan jiwa dengan menangis, solat dan zikrullah.

INTI PATI

Seseorang manusia tidak tahu qada dan qadar atas dirinya, oleh itu letakkanlah diri kita sentiasa dalam keadaan cemas, takut dan harap kepada Allah. Caranya dengan banyak menangis dan memohon pertolongan-Nya.
Menangislah kerana ingat terhadap malam pertama padaalam kubur. Malam pertama di sini sungguh berat ditanggung sendiri. Ada malaikat yang datang membawa urusan yang amat penting. Bahkan, gertakan yang mengecutkan hati dan kekerasan yang memadamkan kegembiraan.
Menangis kerana ingatkan hari perhitungan. Ingatlah keaiban diri yang terlalu banyak untuk dihitung, jangan sibuk menyebut aib orang lain. Semua orang di sekeliling kita tidak dapat menolong kecuali amal ibadat yang dilakukan dengan keikhlasan.