Kehidupan Dunia Hanyalah Kesenangan Yang Menipukan  

Posted by lakaransakinah in

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 6416)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al- Hadid: 20)

Bacalah berulang kalam dari Rabb yang mulia di atas berikut maknanya… Setelahnya, apa yang kamu pahami dari kehidupan dunia? Masihkah dunia membuaimu? Masihkah angan-anganmu melambung tuk meraih gemerlapnya? Masihkah engkau tertipu dengan kesenangannya?

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu dalam Tafsir-nya, “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang hakikat dunia dan apa yang ada di atasnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan akhir kesudahannya dan kesudahan penduduknya. Dunia adalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Mempermainkan tubuh dan melalaikan hati. Bukti akan hal ini didapatkan dan terjadi pada anak-anak dunia [1]. Engkau dapati mereka menghabiskan waktu-waktu dalam umur mereka dengan sesuatu yang melalaikan hati dan melengahkan dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun janji (pahala dan surga, –pent.) dan ancaman (adzab dan neraka, –pent.) yang ada di hadapan, engkau lihat mereka telah menjadikan agama mereka sebagai permainan dan gurauan belaka. Berbeda halnya dengan orang yang sadar dan orang-orang yang beramal untuk akhirat. Hati mereka penuh disemarakkan dengan dzikrullah, mengenali dan mencintai-Nya. Mereka sibukkan waktu-waktu mereka dengan melakukan amalan yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah daripada membuangnya untuk sesuatu yang manfaatnya sedikit.”

Asy-Syaikh rahimahullahu melanjutkan, “Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan permisalan bagi dunia dengan hujan yang turun di atas bumi. Suburlah karenanya tumbuh-tumbuhan yang dimakan oleh manusia dan hewan. Hingga ketika bumi telah memakai perhiasan dan keindahannya, dan para penanamnya, yang cita- cita dan pandangan mereka hanya sebatas dunia, pun terkagum-kagum karenanya. Datanglah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akhirnya tanaman itu layu, menguning, kering dan hancur. Bumi kembali kepada keadaannya semula, seakan- akan belum pernah ada tetumbuhan yang hijau di atasnya. Demikianlah dunia. Tatkala pemiliknya bermegah-megahan dengannya, apa saja yang ia inginkan dari tuntutan dunia dapat ia peroleh. Apa saja perkara dunia yang ia tuju, ia dapatkan pintu-pintunya terbuka. Namun tiba-tiba ketetapan takdir menimpanya berupa hilangnya dunianya dari tangannya. Hilangnya kekuasaannya… Jadilah ia meninggalkan dunia dengan tangan kosong, tidak ada bekal yang dibawanya kecuali kain kafan….” (Taisir Al-Karimirir Rahman, hal. 841)

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkisah, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:

أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ قَالُوا: وَاللهِ، لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ

“Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.” (HR. Muslim no.7344)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah bersabda:

لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

“Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no. 2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 686)

Tatkala orang-orang yang utama, mulia lagi berakal mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghinakan dunia, mereka pun enggan untuk tenggelam dalam kesenangannya. Apatah lagi mereka mengetahui bahwa Nabi mereka Shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup di dunia penuh kezuhudan dan memperingatkan para shahabatnya dari fitnah dunia. Mereka pun mengambil dunia sekedarnya dan mengeluarkannya di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebanyak- banyaknya. Mereka ambil sekedar yang mencukupi dan mereka tinggalkan yang melalaikan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (HR. Al-Bukhari no. 6416)

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma pun memegang teguh wasiat Nabinya baik dalam ucapan maupun perbuatan. Dalam ucapannya beliau berkata setelah menyampaikan hadits Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, “Bila engkau berada di sore hati maka janganlah engkau menanti datangnya pagi. Sebaliknya bila engkau berada di pagi hari, janganlah menanti sore. Gunakanlah waktu sehatmu (untuk beramal ketaatan) sebelum datang sakitmu. Dan gunakan hidupmu (untuk beramal shalih) sebelum kematian menjemputmu.”

Adapun dalam perbuatan, beliau radhiyallahu ‘anhuma merupakan shahabat yang terkenal dengan kezuhudan dan sifat qana’ahnya (merasa cukup walau dengan yang sedikit) terhadap dunia. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Pemuda Quraisy yang paling dapat menahan dirinya dari dunia adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.” (Siyar A’lamin Nubala`, hal. 3/211)

Ibnu Baththal rahimahullahu menjelaskan berkenaan dengan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma di atas, “Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk mengutamakan sifat zuhud dalam kehidupan dunia dan mengambil perbekalan secukupnya. Sebagaimana musafir tidak membutuhkan bekal lebih dari apa yang dapat mengantarkannya sampai ke tujuan, demikian pula seorang mukmin di dunia ini, ia tidak butuh lebih dari apa yang dapat menyampaikannya ke tempat akhirnya.” (Fathul Bari, 11/282)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata memberikan penjelasan terhadap hadits ini, “Janganlah engkau condong kepada dunia. Jangan engkau jadikan dunia sebagai tanah air (tempat menetap), dan jangan pula pernah terbetik di jiwamu untuk hidup kekal di dalamnya. Jangan engkau terpaut kepada dunia kecuali sekadar terkaitnya seorang asing pada selain tanah airnya, di mana ia ingin segera meninggalkan negeri asing tersebut guna kembali kepada keluarganya.” (Syarhu Al-Arba’in An- Nawawiyyah fil Ahadits Ash-Shahihah An-Nabawiyyah, hal. 105)

Suatu ketika Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!” Beliau menjawab:

مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al- Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi)

Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah menangis melihat kesahajaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata:

فَرَأَيْتُ أَثَرَ الْحَصِيْرِ فِي جَنْبِهِ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ: مَا يُبْكِيْكَ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيْمَا هُمَا فِيْهِ وَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ. فَقَالَ: أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُوْنَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا اْلآخِرَةُ؟

Aku melihat bekas tikar di lambung/rusuk beliau, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Persia, –pent.) dan Kaisar (raja Romawi –pent.) berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah [2].” Beliau menjawab, “Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari no. 4913 dan Muslim no. 3676)

Dalam kesempatan yang sama, Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Nabinya:

ادْعُ اللهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّوْمَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يَعْبُدُوْنَ اللهَ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

“Mohon engkau wahai Rasulullah berdoa kepada Allah agar Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan (memberi kemegahan) kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Rasulullah meluruskan duduknya, kemudian berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan (kenikmatan hidup/rezeki yang baik- baik) mereka di dalam kehidupan dunia [3] ?” (HR. Al-Bukhari no. 5191 dan Muslim no. 3679)

Demikianlah nilai dunia, wahai saudariku. Dan tergambar bagimu bagaimana orang- orang yang bertakwa lagi cendikia itu mengarungi dunia mereka. Mereka enggan untuk tenggelam di dalamnya, karena dunia hanyalah tempat penyeberangan… Di ujung sana menanti negeri keabadian yang keutamaannya tiada terbandingi dengan dunia.

Al-Mustaurid bin Syaddad radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا الدُّنْيَا فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ

“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim no. 7126)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menerangkan, “Makna hadits di atas adalah pendeknya masa dunia dan fananya kelezatannya bila dibandingkan dengan kelanggengan akhirat berikut kelezatan dan kenikmatannya, tidak lain kecuali seperti air yang menempel di jari bila dibandingkan dengan air yang masih tersisa di lautan.” (Al-Minhaj, 17/190)

Lihatlah demikian kecilnya perbendaharaan dunia bila dibandingkan dengan akhirat. Maka siapa lagi yang tertipu oleh dunia selain orang yang pandir, karena dunia takkan dapat menipu orang yang cerdas dan berakal. (Bahjatun Nazhirin, 1/531)

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Footnote :

[1] Mereka yang tertipu dengan dunia.

[2] Dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 3675) disebutkan ucapan Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu:

فَابْتَدَرَتْ عَيْنَايَ. قَالَ: مَا يُبْكِيْكَ، يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ وَمَا لِي لاَ أَبْكِي وَهَذَا الْحَصِيْرُ قَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِكَ وَهَذِهِ خِزَانَتُكَ لاَ أَرَى فِيْهَا إِلاَّ مَا أَرَى، وَذَاكَ قَيْصَرُ وَكِسْرَى فِي الثِّمَارِ وَاْلأَنْهَارِ وَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ وَصَفْوَتُهُ وَهَذِهِ خِزَانَتُكَ

“Maka bercucuranlah air mataku.” Melihat hal itu beliau bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai putra Al-Khaththab?” Aku menjawab, “Wahai Nabiyullah, bagaimana aku tidak menangis, aku menyaksikan tikar ini membekas pada rusukmu. Aku melihat lemarimu tidak ada isinya kecuali sekedar yang aku lihat. Sementara Kaisar dan Kisra dalam limpahan kemewahan dengan buah-buahan dan sungai-sungai yang mengalir. Padahal engkau (jauh lebih mulia daripada mereka, –pent.) adalah utusan Allah dan manusia pilihan-Nya, dalam keadaan lemarimu hanya begini.”

[3] Adapun di akhirat kelak, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُوْنَ فِي اْلأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُوْنَ

“Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka, kepada mereka dikatakan, ‘Kalian telah menghabiskan kesenangan hidup (rezeki yang baik-baik) kalian dalam kehidupan duniawi saja dan kalian telah bersenang-senang dengannya. Maka pada hari ini kalian dibalas dengan adzab yang menghinakan karena kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa haq dan karena kalian berbuat kefasikan’.” (Al-Ahqaf: 20)

Ajaran Sesat  

Posted by lakaransakinah in


Di Antara Ajaran Ayah Pin:
Tuhan adalah manusia
Tidak perlu percaya kepada Rasulullah S.A.W. kerana Rasulullah adalah manusia dan kita boleh mengatasinya dengan berzikir.
Berzikir lebih afdal dari sembahyang lima waktu dan jika seseorang itu telah ilham, zuk, kasyaf, sembahyang lima waktu digugurkan.
Syurga adalah terhad kepada pengikutnya sahaja dan kunci syurga hanya ada pada tangan beliau sahaja (Ariffin bin Mohamad). Adapun orang lain adalah seperti babi belaka iaitu kotor.
Sembahyang lima waktu tidak wajib.
Guru ajaran ini berada di mana sahaja makhluk berada.
Pernah mendakwa dirinya Tuhan.
Cuma dirinya sahaja berkuasa melantik dari kalangan muridnya bagi menyandang gelaran wali Allah serta menentukan darjatnya.
Pengikut jika hendak sembahyang, berzikir mestilah dahulu ingat dan menggambarkan wajah guru sebelum mengingati Allah.
Mendakwa dirinya diresapi roh nabi dan sampai waktunya nanti dia akan bertukar menjadi Imam Mahadi.
Pengikut mesti mengorbankan harta benda bila diperlukan olehnya.
Mendakwa dirinya sudah mikraj ke langit dan duduk di atas Arasy.
Mendakwa ada menerima satu senarai dari Tuhan nama-nama pengikutnya.
Tidak sah sembahyang beriman orang lain kerana mertabatnya lebih tinggi dari orang lain.
Mendakwa diri akan menjadi Perdana Menteri di akhirat nanti.
Rukun Islam dan hukum-hukum syarak seperti puasa, zakat dan lain-lain itu tidak kena mengena dengan Tuhan.
Pergi ke Mekah mengerjakan Haji adalah sia-sia sahaja.
Waktu Sembahyang Subuh berpanjangan hingga masuk Zuhur.
Kiamat tidak akan berlaku kerana Allah tidak bodoh menjadikan alam kemudian dimusnahkan.
Seorang anak Adam apabila hampir hendak mati, Allah datang bersalaman dengannya dan tidak payah lagi mengajar mengucap kepadanya.
Kalau seseorang itu hendak jadi Islam kenalah jadi kafir dahulu.
Al Quran yang ada sekarang adalah tidak benar.
Semua alim ulamak, tok guru sekarang penipu kerana menyembunyikan ilmu yang sebenar.
Sembahyang Jumaat tidak wajib.
Ayah Pinlah satu-satunya orang yang boleh membawa Islam yang sebenar sebagaimana zaman Rasulullah S.A.W.
Kenapa Ajaran Ayah Pin (Ariffin Bin Mohamad) Difatwakan Sesat?

Fatwa mengenai ajaran Ariffin bin Mohamad telah dikeluarkan oleh Jawatankuasa Fatwa Negeri Terengganu dalam mesyuaratnya pada 4 Disember 1997. Dalam warta Jil. 50 No. 25 menyatakan:

Bahawasanya ajaran dan pegangan Ayah Pin adalah palsu, sesat, menyeleweng dan boleh membawa ancaman kepada ketenteraman orang awam serta merosakkan akidah.
Oleh yang demikian orang ramai di negeri ini hendaklah menghindar diri daripada terlibat dengan pegangan dan ajaran Ayah Pin.
“ Dan hendaklah ada di antara kamu suatu ummah (golongan) yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh berbuat ma'aruf dan mencegah perkara mungkar. Mereka itulah yang beroleh kemenangan. "- Surah Ali-Imran : 104

Kegiatan Ajaran Sesat Ayah Pin

Ariffin bin Mohamad atau gelaran ahlinya sebagai Tok Ayah adalah seorang ketua kumpulan Ajaran Ratib Kuat yang mula bertapak di Batu 13 ½, Mukim Tenang, Hulu Besut, Terengganu sehinggalah sekarang. Beliau adalah salah seorang murid pengamal ajaran sesat Hassan Anak Rimau yang memperkenalkan ajaran ratib ini pada tahun 1975. Ariffin bin Mohamad mula memimpin ajaran ratib kuat setelah kematian gurunya dengan dikenali sebagai Ajaran Ayah Pin.
Ajaran beliau telah menular ke seluruh negara sehinggalah kini telah mendapat tempat di beberapa negeri iaitu di sekitar Lembah Kelang, Selangor, Perak, Pahang dan Johor. Sebelum ini ajaran Ariffin bin Mohamad telah mempengaruhi beberapa penduduk di Daerah Gua Musang, Kelantan khususnya di perkampungan Orang Asli, Felda Ciku 5,6 dan 8. Sebahagian pengikut adalah terdiri dari mereka yang dianggap golongan profesional seperti peguam dan ahli perniagaan terutama yang datang dari luar negeri Terengganu dan Kelantan.
Pada bulan September 1998, Ariffin bin Mohamad bersama 4 orang isterinya telah membuat pengistiharaan “keluar dari Islam” di Mahkamah Tinggi Kuala Lumpur dengan alasan supaya Pejabat Agama tiada hak dan kuasa untuk menyiasat “Orang yang sudah keluar dari Agama Islam dan salinan surat ini dihantar kepada Pesuruhjaya Hal Ehwal Agama Terengganu.
Pada 27 Jun 2001 Ariffin bin Mohamad telah didakwa di bawah Seksyen 209 (2) Enakmen Pentadbiran Hal Ehwal Agama Terengganu 1986 iaitu menghina Agama Islam dengan mengaku secara lisan dia bukan Islam dan dihukum penjara 11 bulan dan denda Rm2900.00 dan beliau ditempatkan di Penjara Pengkalan Chepa, Kelantan.
Pada 1 Julai 2004, Di Kuil Batu Caves, Selangor, Ariffin bin Mohamad telah melakukan upacara keagamaan Hindu bersama 20 orang pengikut dan juga isteri ketiganya.
Pada 23.5.2004 Ariffin pergi ke Bali, Indonesia dan dijemput ke sebuah Kuil Hindu di mana Ariffin mengistiharkan bahawa “agama ini akulah yang cipta”.
Pada 23.2.2005 (Pada hari Raya Aidil Adha) di batu 13, Hulu Besut, sekumpulan Paderi Kristian serta pasukan koir gereja Sri Kembangan, Selangor telah membuat bacaan doa dan menyampaikan lagu-lagu gereja bersama kira-kira 200 pengikut Ariffin bin Mohamad.
Pengakuan Bekas Pengikut Ajaran Ayah Pin

MAY 25, 2005

Penganut ajaran Ayah Pin, kembalilah ke pangkal jalan.

Saya sebagai seorang bekas pelajar ajaran Ayah Pin merasa terpanggil untuk memperjelaskan tentang ajarannya yang telah memesongkan saya selama tiga tahun sebelum ini.

Saya telah memasuki ajaran Ayah Pin melalui kawan karib saya iaitu anak lelakinya yang glamour dengan panggilan Lepat yang satu masa dulu pernah menjadi tajuk berita apabila anaknya dibawa lari ke England oleh bekas isterinya.

Saya adalah seorang yang selama ini jauh daripada Allah, oleh itu saya ingin mendekati-Nya setelah banyak berdosa. Inilah yang membuatkan saya boleh memasuki ajaran Ayah Pin yang saya fikir dapat menenangkan jiwa kosong saya.

Tetapi lama kelamaan, saya menjadi keliru kerana sepanjang berada dalam pengajian Ayah Pin, dia menyeru para pengikutnya agar tidak menunaikan sembahyang kerana menurutnya bagaimana kita mahu sembahyang sedangkan kita belum lagi mengenal Allah.

Tambahan pula, dalam majlis-majlis pengajiannya, percampuran di antara lelaki dan perempuan berleluasa dan saya pernah terserempak Ayah Pin melakukan zina dengan isteri Rosly Abdul Samad (orang paling rapat dengannya) dan saya terus melaporkan perkara terkutuk itu kepada Rosly.

Malangnya Rosly dengan selambanya menjawab bahawa dia meredakan persetubuhan haram Ayah Pin dengan isterinya kerana dia Cuma mengharapkan syafaat dari Ayah Pin. Saya amat keliru dengan kata-kata Rosly itu yang merupakan bekas pemian drum kumpulan muzik
Def Geb C.

Saya semakin keliru apabila Rosly memberitahu saya bahawa Ayah Pin adalah Imam Mahdi. Saya berfikir seorang diri bagaimana Ayah Pin boleh menjadi Imam Mahdi sedangkan dia bergelumang dengan perzinaan dan sering mabuk arak.

Satu peristiwa lagi yang telah menyedarkan saya hingga membuatkan saya meninggalkan ajaran karut Ayah Pin ketika saya mendapati Ayah Pin membina kekayaan peribadi melalui kutipan duit daripada kami semua mengikut ajarannya. Ayah Pin mengatakan bahawa beliau perlukan wang yang banyak untuk meneruskan perintah kerajaan langit untuk “menyedarkan semua insan” khususnya di malaysia dan amnya di dunia. Ayah Pin juga selalu menanamkan dalam minda kami bahawa dia akan menjadi perdana menteri tidak lama lagi dengan bantuan kerajaan langit.

p/s:Artikel ini hanya sebagai perkongsian bersama.

Wallahhualam

Menuntut Ilmu Alam Ghaib  

Posted by lakaransakinah in


Menuntut ilmu-ilmu tersebut adalah dilarang oleh agama kerana sebab-sebab berikut;

1. Ia membabitkan pemujaan kepada jin, maka akan membawa kepada syirik.
2. Ilmu-ilmu tersebut tiada sandaran dari al-Quran dan as-Sunnah, oleh ia adalah Bid'ah.
3. Ada di antara ilmu tersebut adalah sihir dan mempelajari sihir dan mengamalkannya adalah dosa besar dan adakalanya boleh membawa kepada kufur dan murtad.
4. Mengamalkan ilmu-ilmu tersebut (contohnya; pertapaan) akan membawa kepada meninggalkan ibadah-ibadah yang disyari'atkan; solat berjamaah, solat jumaat, menuntut ilmu agama dan sebagainya.
5. Ilmu-ilmu tersebut akan menimbulkan ghurur (tertipu dengan diri sendiri), takabbur dan ujub dalam diri pelajar dan pengamalnya.
6. Ilmu alam ghaib hanya Allah dan Rasul yang mengetahuinya. Oleh itu ia tidak boleh dipelajari melainkan dari al-Quran dan as-Sunnah kerana hanya kedua sumber itu sahaja yang dijamin benar oleh Allah. Sesiapa mendakwa ia mengetahui ilmu ghaib sedangkan ilmu yang didakwa ghaib itu tidak pernah pun di sebut oleh al-Quran atau as-Sunnah, ia sebenarnya adalah pendusta dan pendusta tidak harus diambil ilmu darinya.

Seorang muslim dan mukmin tidak perlu kepada ilmu-ilmu tersebut. Jika kita inginkan perlindungan dan kekuatan diri, cukup dengan kita tingkatkan ibadah kita dengan Allah; solat berjamaah, solat malam, solat dhuha, solat-solat sunat yang lain, puasa sunat, membaca al-Quran, menuntut ilmu dari alim ulamak, berzikir dengan zikir-zikir yang maktsur dan banyak lagi ibadah-ibadah lain yang dapat kita lakukan. Di dalam hadis Rasulullah -sallallahu 'alaihi wasallam- bersabda; "Jagalah hubungan kamu dengan Allah, nescaya Allah akan menjaga kamu" (HR Imam at-Tirmizi dari Ibnu 'Abbas -radhiyallahu 'anhu-). Menjaga hubungan dengan Allah ialah dengan kita menjaga iman kita, memelihara diri dari mensyirikkan Allah dan menjaga ibadah kita kepadaNya. Sebagai balasannya, Allah akan menjaga kita. Sesiapa yang dijaga Allah tiada siapa dapat memudaratkannya. Allah adalah sebaik-baik penjaga dan pelindung. Orang yang mencari penjagaan dan perlindungan dengan kuasa selain Allah, orang itu tidak kenal Allah, malah tidak kenal dirinya sendiri. Orang yang tidak kenal Allah dan tidak kenal diri, amat mudah ditipu oleh Iblis dan syaitan (sama ada syaitan di kalangan jib atau syaitan di kalangan manusia).

Wallahu a'lam.

Bagaimana Ilmu Agama DiTarik  

Posted by lakaransakinah in


Diriwayatkan daripada Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a: “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ Allah tidak akan mengambil kembali ilmu (agama) dengan mengambilnya dari (dalam hati) manusia, tetapi mengambilnya kembali dengan kematian para ulama hingga tidak bersisa, lalu orang ramai akan mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpinnya yang apabila orang-orang itu bertanya kepada mereka, mereka akan memberikan jawapan-jawapan yang tidak didasarkan kepada ilmu. Maka mereka akan berada dalam kesesatan dan menyesatkan orang lain.”(al-Bukhari)


Huraian
Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat mendorong umatnya untuk menuntut ilmu. Istilah ulama pula digunakan pada orang yang sangat memahami permasalahan agama dan mendalami ilmu agama. Di zaman ini, hampir tiada lagi ulama’ yang mempunyai penguasaan ilmu yang pelbagai melainkan hanya yang pernah belajar beberapa bidang ilmu tetapi hanya menguasai satu atau dua cabang ilmu sahaja. Berbeza dengan zaman lampau, orang yang disebut sebagai ulama’ adalah mereka yang menguasai dengan “ahli” banyak cabang-cabang ilmu. Dengan perkataan lain golongan ulama’ semakin lama semakin pupus. Justeru dengan waktu yang semakin singkat di akhir zaman ini ditambah dengan kesibukan dan kelalaian kita sendiri dalam mengurus waktu marilah kita sama-sama mengkaji dan mengambil ilmu daripada mereka kerana kehidupan ini tidak akan berjalan dengan tertib tanpa bimbingan dari para ulama’. Tetapi kenyataannya, ramai orang pada hari ini yang tidak memahami situasi tersebut sehingga mereka merasa mampu mengatur kehidupan dunia tanpa merasa perlu melibatkan golongan ulama. Bahkan ulama dianggap sebagai kelompok mereka yang tidak mengetahui situasi dan kondisi, tidak memahami perkembangan zaman dan hanya berbicara dalam masalah ibadah dan akhirat semata. Akibatnya timbul sikap menolak meremehkan golongan ulama dan keterlibatan mereka dalam urusan pengaturan dunia. Justeru tidak hairan ada golongan manusia yang menjadikan orang-orang yang jahil dan bodoh sebagai pemimpin mereka hingga akhirnya membawa kepada kesesatan dan kemusnahan.

Kahwin Ketika Mengandungkan Anak Zina  

Posted by lakaransakinah in



Banyak berpendapat bahawa dibenarkan untuk perempuan itu berkahwin terumatanya dengan lelaki yang telah menyebabkannya mengandung dan perkahwinan itu adalah sah.Tetapi andaikata dia berkahwin dengan selain dari lelaki yang menyebabkannya mengandung ,maka tidak dibenarkan bersetubuh kecuali setelah melahirkan anak.

Berikut adalah penjelasnnya.

Ulama’ bersepakat bahawa perempuan yang diceraikan oleh suaminya ataupun kematian suami maka perempuan itu haram berkahwin selagi berada didalam tempoh iddah.Tetapi mereka berbeza pandangan berkenaan perempuan yang berzina , adakah diwajibkan untuk menunggu sehingga tamat tempoh iddah sebelum berkahwin ataupun dibenarkan berkahwin terus tanpa menunggu tamat tempoh iddah.

Pandangan ulama’ didalam bab ini .

1Abu Hanifah, Muhammad Bin hasan dan Abu Yusuf berpandangan bahawa perempuan yang mengandung disebabkan zina dibenarkan berkahwin tetapi tidak dibenarkan bersetubuh melainkan selepas perempuan itu melahirkan anak.(al-muhalla)

2)Imam asy-Syafie berpandangan perempuan yang berzina dibenarkan untuk berkahwin dan terus bersetubuh dengan suaminya kerana hubungan zina tidak menyebabkan pertalian keturunan.(majmu’ al-fatawa)

3)Imam malik dan Ahmad berpendapat diharamkan bagi perempuan yang mengandung anak luar nikah untuk berkahwin kecuali setelah melahirkan anak(al-muhalla & majmu’ al-fatawa)

4)sebahagian Pendapat dari Ahmad dan Malik melarang perempuan yang berzina untuk berkahwin melainkan setelah menunggu sekali haid (istibra’) bagi memastikannya tidak mengandung(Majmu al-Fatawa)

5)Imam Zufar , al-Qadi Abu Ya’la dan sebahagian riwayat dari Ahmad dan Malik mewajibkan perempuan yang berzina menunggu sehingga tiga kali haid sebelum dibenarkan berkahwin(al-Muhalla & Majmu’ al-Fatawa)

Ulama’ yang mengharamkan perempuan yang mengandung anak luar nikah daripada berkahwin berpegang dengan ayat al-Quran

“Dan perempuan yang mengandung maka tempoh iddahnya adalah sehingga melahirkan anak”(At-Thalaq : 4)

Maka perempuan yang mengandung tidak dibenarkan berkahwin melainkan setelah melahirkan anak.

Bagi Ulama’ yang membenarkan perempuan yang mengandung anak luar nikah untuk berkahwin pula menyatakan bahawa ayat ini berkenaan dengan perempuan mengandung yang diceraikan oleh suaminya bukannya perempuan yang mengandung disebabkan zina.Disebabkan itu Allah menyebutkan didalam ayat 6 Surah yang sama

“……Berikanlah mereka rumah kediaman sebagaimana yang kamu diami mengikut kemampuan kamu”

Terdapat khabar dari Umar yang membenarkan perempuan yang mengandung anak luar nikah untuk berkahwin.

Daripada Abu Yazid “sesungguhnya Siba’ bin Harith dengan anak perempuan Mauhib Binti Rabah sedangkan dia mempunyai anak perempuan dengan suami yang terdahulu.Begitu juga Siba’ mempunyai anak lelaki dengan isterinya yang terdahulu.Maka kedua-dua anak mereka berzina sehangga mengandung.Mereka dibawa kepada Umar Al-Khattab untuk diputuskan hukuman , maka Omar menjalankan hukuman hudud dan mengarahkan mereka untuk berkahwin tetapi lelaki itu enggan berkahwin.(Al-Muhalla).

Bagi mereka yang berkahwin dengan perempuan yang mengandungkan anak luar nikah , sedangkan dia bukan merupakan bapa kepada anak yang dikandungkan perempuan itu , tidak dibenarkan bersetubuh dengan perempuan itu melainkan setelah perempuan itu melahirkan anak.Sebaliknya juka perempuan itu tidak mengandung , dibenarkan untuk berkahwin dengannya dan bersetubuh dengannya setelah kedatangan haid sekali (setelah dipastikan bahawa perempuan itu tidak mengandung).Ini merupakan sebagaimana disebutkan didalam hadith

Daripada Ruwaifi’ Bin Tsabit , Rasulullah bersabda “Tidak dihalalkan kepada seseorang yang beriman dengan Allah dan hari akhirat menyiramkan airnya dikebun orang lain (bersetubuh dengan perempuan yang mengandungkan anak orang lain) , bersetubuh dengan perempuan tawanan perang melainkan setelah dipastikan perempuan itu tidak mengandungkan anak orang lain dan menjual harta rampasan perang melainkan setelah dibahagikan(kepada sesama tentera)” (Riwayat Abu daud , Ahmad , al-Baihaqi , Ibn A’tsir [Jami' al-usul]).

Adalah tidak tepat untuk dikatakan bahawa tujuan utama dawajibkan perempuan yang bercerai menunggu sehingga tamat tempoh iddah sebelum berkahwin dengan orang lain adalah untuk memastikan rahimnya suci dari mengandungkan anak orang lain kerana beberapa alasan.

1)tempoh sekali haid(istibra’) sudah memadai untuk memastikan bahawa perempuan itu telah cusi dari mengandungkan anak orang lain

2)Tempoh iddah yang berbeza-beza bagi perempuan yang diceraikan (3 quru’) dan kematian suaminya (4 bulan 10 hari) menunjukkan bahawa iddah dijalankan kerana mengikut perintah Allah bukannya kerana tujan utama lain.

3)Ibn Abbas , Uthman dan Ibn Umar berpandangan bahawa setelah khulu’(perempuan membayar sejumlah pampasan dan meminta supaya suaminya menceraikannya )perempuan itu hanya perlu menunggu tempoh istibra’ sahaja sebelum berkahwin dengan orang lain(majmu’ al-fatawa)(Hadith Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Maka iddah ini hannya diwajibkan untuk perempuan yang bercerai setelah berkahwin sahaja.Bukannya untuk perempuan yang berzina dan tawanan perang

Kedamaian Dalam Kepedihan  

Posted by lakaransakinah in

Setiap orang senantiasa memiliki cara bagaimana untuk bisa berdamai dalam derita. Untuk tidak mengeluh terhadap peristiwa yang sedang dihadapi namun mensyukuri disetiap perjalanan kehidupan. Itulah yang dituturkan oleh seorang perempuan muda kepada saya di Rumah Amalia. ketika rumah tangga sudah parah, pertengkaran demi pertengkaran yang tidak pernah terselesaikan sehingga tidak ada pilihan lain memaksanya untuk bercerai. Kesetiaannya dikhianati, kekerasan dalam rumah tangga tiap hari harus ditelannya sampai menimbulkan trauma. Kata-kata kasar mengiris dan membuat luka dihatinya. Sepanjang ingatannya tidak pernah ada kata cinta yang tulus dari suaminya bahkan 'rayuan gombal' tidak pernah didengarnya.

Perkawinannya tidak melalui proses pacaran, semuanya begitu singkat, tak terasa menikah dan sampai punya anak. hampir delapan tahun perkawinannya semua dilalui dengan air mata dan percekcokan. Dirinya seolah menjadi anak kecil yang selalu dihina. Pendidikan yang cukup tinggi dan pekerjaan yang lebih menjanjikan masa depan di perusahaan asing terpaksa ditinggalkan demi pengabdiannya sebagai seorang istri. terlebih sejak kelahiran anaknya yang kedua. Sejak perceraian itu dirinya dihinggapi rasa sepi dan sendiri, duka dan derita yang dirasakan bercampur baur menimbulkan kekelaman dalam hidupnya. Dirinya mencoba untuk bangkit dengan mencari kesibukan atau pekerjaan ternyata tidak mudah dilakukan. Merubah suasana hati tentunya tidaklah mudah. Paling tidak, keceriaan diwajahnya nampak berbinar.

Sampai kemudian mendapatkan pekerjaan baru sekalipun hanya menjadi staf kantor baginya telah cukup membahagiakan yang penting bisa mendapatkan penghasilan untuk menghidupi dirinya dan anak-anaknya. Meski sederhana ternyata dirinya masih banyak pemuda yang mendekati dirinya, bahkan teman-teman dikantornya tidak ada yang tahu bahwa dirinya sudah memiliki dua anak. Sanjungan yang tidak pernah didengar dari suaminya justru sering didengar dari teman-teman barunya. Tentunya saja trauma perkawinan masih membekas luka dihatinya. Membuat dirinya selalu menjaga jarak kepada siapapun yang mencoba mendekatinya. Luka dihati juga yang menyebabkan sinis terhadap laki-laki sekalipun diusia tiga puluh tahun yang relatif muda masih membutuhkan kasih sayang seorang suami membuat hatinya terasa pedih.

Sampai pada suatu hari dirinya datang ke Rumah Amalia. Dalam pertemuan itu saya menyarankan agar lebih bersyukur atas anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepadanya, terlebih memiliki dua anak yang masih membutuhkan cinta dan perhatian sebagai ibu sekaligus ayah. Perjuangan yang begitu hebat dilakukan adalah untuk mengubah rasa benci dan dendam terhadap bekas pasangan hidupnya dengan memaafkan dan mengasihi, telah mampu diwujudkan. Bahkan mengajarkan kepada anak-anak agar tetap senantiasa menyayangi dan menghormati ayah mereka. Semua yang telah dilakukan memberikan kedamaian dalam kepedihan dan semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sejak itu hari-harinya menjadi indah dan penuh kebahagiaan bersama anak-anaknya.

'Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik-baiknya pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, mereka ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar.' (QS. ali Imran : 173-174).

Wassalam,

Ya Allah. Berat Cubaan Hidup Ini  

Posted by lakaransakinah in

Ketika termenung memanjatkan doa kepada Allah, curhat kepadaNya. 'Ya Allah, mengapa begitu beratnya cobaan hidup ini?' Air mata mengalir tanpa terasa. Dada terasa sesak, napas terasa berat. Pundak seolah tidak sanggup memikulnya. Kaki tidak sanggup untuk bertumpu. Berserah diri kepada Allah mampu menghilangkan segala keluh kesah dan akhirnya membuat jiwa kita menjadi tenang karena menyerahkan segala urusan kehidupan hanya kepada Allah yang membuat hati kita merasa merasa tenang dan tenteram. Hanya kepada Allahlah kita berharap dan hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan.

Cobaan adalah latihan yang datangnya dari Allah. Setiap kali cobaan hadir menghampiri beruntunglah bila anda bersabar selama masa latihan dan bertahan sampai lulus melewati semuanya maka kita berhak untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, Allah akan senantiasa melimpahkan kebahagiaan hakiki bagi siapapun yang mencintai dan taat kepadaNya. Orang yang sabar akan mendapat ketenangan hati. Orang yang sabar akan mendapatkan kebeningan hati. Juga mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya.

Jalan keluar dan kelapangan hati ada dalam keimanan dan keridhaan, sementara keresahan dan kesedihan itu ada dalam keraguan dan kekecewaan sehingga Ali bin Abi Thalib menyebutkan 'Hanya orang yang bersabarlah akan mendapatkan yang terbaik dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.' Sikap sabar dan kebaikan pada diri seseorang muncul ketika dirinya tertimpa musibah sebab dia akan menjadikan sabar sebagai senjata menghadapi musibah, Kesabaran menjadi kekuatan dan harapan agar mampu melewati musibah. Karena kesabarannya dia melihat jalan keluar dan pertolongan Allah berada di depan matanya. Ketika anda berada dalam tingkatan ini, Allah memberikan semua yang diperlukan. Allah menghilangkan semua kesulitan anda. Allah mengabulkan semua permintaan anda dan Allah menyelamatkan anda dari segala kepedihan & derita di dalam hidup ini. Ingatlah, Pertolongan Allah hadir menyelesaikan masalah hidup anda dengan cara yang tidak pernah anda duga dan tidak pernah anda sangka sebelumnya. Mari kita berdoa, memohon kepada Allah.

'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami, bila kami lalai atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami dengan beban yang berat sebagaimana beban orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sangggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami maka tolonglah kami menghadapi orang-orang yang ingkar.' (QS. al-Baqarah : 286).

Wassalam