Keajaiban Sabar Dan Solat  

Posted by lakaransakinah in

Ketika dunia hampir dikuasai dengan pendekatan teknis dan teknologi muncul kehidupan yang kering, mekanistik bahkan ganas. Produk teknologi tanpa visi cinta kasih Ilahiah menjadikan hidup begitu teknis melayani tuntutan manusia pada level 'animality'. Ketiadaan 'sense of meaning' yang menimpa masyarakat industri begitu mudah menyeret kita pada situasi putus asa dan bunuh diri. Bunuh diri merupakan suatu bentuk kegawatdaruratan dalam bidang psikiatri, bunuh diri sendiri sebuah tindakan pengakhiran hidup yang dilakukan dengan sengaja. Bahkan tindakan ini juga dikatakan sebagai bentuk tindakan penghancuran diri yang dilakukan secara sadar, bukan tindakan yang acak dan tanpa tujuan.

Dalam pandangan Emile Durkheim, ada tiga kelompok, kelompok pertama egoistic, adalah yang melakukan tindakan bunuh diri karena tidak mempunyai ikatan yang kuat dengan kelompok sosialnya dalam pengertian merasa dikucilkan, tidak menikah, bercerai. Kedua, kelompok altruistic, yang melakukan bunuh diri sebagai bentuk loyalitas, pengabdian pada kelompoknya. misalnya harakiri. Kelompok ketiga, anomic, tindakan bunuh diri yang diakibatkan tidak mampu menghadapi perubahan nilai dan standar hidup di masyarakat, misalnya kehilangan pekerjaan, krisis moneter berakibat ditutupnya usaha. 

Dari sisi psikologi memandang adanya fantasi yang didalamnya keinginan untuk melakukan balas dendam, kekuatan, kontrol dan hukuman, keinginan untuk bersatu dengan mereka yang sudah meninggal atau memperoleh kehidupan yang baru, Fantasi ini terjadi pada umumnya karena kehilangan cinta dan kasih sayang atau bentuk narsistik. Menurut Teori Freud, bunuh diri atau penghancuran diri merupakan bentuk agresif yang diarahkan kepada keinginan melawan diri sendiri yang memasuki ruang alam bawah sadar, ambivalensi akibat kehilangan cinta dan kasih sayang. 

Itulah sebabnya dalam pandangan Islam penghayatan kasih sayang menjadi sebuah pencegahan terhadap proses penghancuran diri atau bunuh diri. penghayatan kasih sayang berarti memahami tentang ridha. Ridha merupakan sikap dasar pengetahuan, kesadaran dan keyakinan bahwa kasih sayang Allah meluap memenuhi ruang dan waktu serta sesungguhnya kita hidup dalam lingkup kasih sayangNya. Sikap ridha akan selalu berpikir positif terhadap hidup karena dibalik fragmen kehidupan yang terkadang tampil adegan-adegan yang pahit dan buram yang dibaliknya terkandung hikmah dari pancaran kasih sayang Allah.

Keridhaan kenapa bisa mencegah terjadinya bunuh diri? Karena pemahaman keridhaan berarti akan selalu melihat dan menunggu hadirnya hikmah dibalik semua musibah. Setiap musibah menyimpan dua kemungkinan. Pertama, Allah melimpahkan kasih sayang dan teguranNya pada kita melalui cobaan dan musibah dan kedua, suatu musibah muncul karena kelalaian diri kita sendiri. Maka ritme hidup ini senantiasa dialektika antara syukur dan sabar, harapan dan kecemasan, antara kelegaan dan penyesalan. Namun demikian keridhaan akan menghadapinya dengan sikap optimis dan pandangan hidup yang positif karena yakin kasih sayang Allah terbentang melalui dua sayap, disatu sisi melalui sayap Rahman dan RahimNya dan sisi lainnya, melalui taubah dan maghfirah atau ampunanNya. 

Jadi, bila sedang menghadapi masalah, jangan membiarkan tenggelam dalam kesepian dan kesendirian. Segeralah ambil air wudhu dan sholat, mengadulah kepada Allah serta bersabarlah dengan berbagai masalah kehidupan yang tengah kita hadapi maka kita akan terhindar dari segala bentuk marabahaya yang menghancurkan diri kita sendiri. Itulah keajaiban sabar dan sholat. Sebagaimana Firman Allah, 'Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.' (QS. al-Baqarah : 153).

Wassalam,

Doa Yang Menenteramkan Hati  

Posted by lakaransakinah in

Pernah pada suatu hari di Rumah Amalia ada seorang perempuan cantik diantar suami, Ia mengeluh, 'Mas Agus, saya sudah tidak sanggup lagi untuk hidup. Saya lebih baik mati saja. Saya tidak sanggup lagi menjalani kehidupan.' Ibu ditengah keresahan dan suaminya nampak tidak berdaya dengan keadaan istri seperti itu. Beberapa hari yang lalu istrinya sempat dirawat di rumah sakit karena menegak racun serangga. Alhamdulillah, istrinya masih bisa diselamatkan. Walaupun begitu sang istri masih juga pengen mati. Gairah hidupnya telah menghilang. Sekujur tubuh istrinya terasa sakit semua. Ia merasa hidupnya penuh penderitaan.

Ketika sebelum menikah ayahnya sangat keras. Menuntut agar bisa menyelesaikan kuliah dan tidak boleh bergaul dengan teman laki-laki yang dianggapnya sebagai 'racun' Setiap kali menghadapi masalah selalu saja dipendamnya. Tidak berani bercerita terhadap siapapun. pemberontakan dilakukan dengan memaksa pacarnya untuk segera menikah. begitu menikah bukan malah menyelesaikan masalah namun masalahnya makin bertumpuk. karena ternyata harus tinggal bersama mertuanya, semua yang dilakukan serba salah justru dalam kondisi hamil. Kuliahnya terputus. Kehamilannya semakin disesali. Sementara suaminya harus bekerja pulang malam. Bahkan sampai melahirkan harus berjuang sendirian. mengasuh anak dan membesarkan terasa menyiksa. 

Tiba-tiba timbuk ingin bekerja, mendapatkan uang sendiri, ingin melanjutkan kuliah, ingin mandiri dengan mengontrak rumah bersama suami dan anaknya sehingga tidak lagi berkumpul dengan mertuanya. Dengan berbagai keinginan dan tidak ada tempat untuk mengadu dan mengeluh ikut merasakan apa yang dideritanya. Dorongan untuk mengakhiri hidup begitu sangat kuat. Sampai tanpa menyadarinya ia sudah mengambil racun serangga dan meminumnya dengan harapan bisa mengakhiri penderitaan. Saat itu yang terpikir itulah cara untuk terbebas dari penderitaan. 

Saya kemudian mengajak pasangan suami istri untuk mengambil air wudhu dan Mengokohkan hati agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah adalah satu-satunya solusi dari masalah yang mereka hadapi. Disaat saya menanyakan apakah di rumah sering membaca alquran? Suami istri itu saling menatap dan mengatakan dari sejak pernikahan mereka tidak pernah mengaji. Ibadah sholatpun jarang dilaksanakan. Tenggelam dalam mengejar materi telah membuat lupa terhadap Allah membuat rumah tangga terasa kering. Beberapa istighfar, air matanya mengalir. Dalam berdoa bersama memohon ampun kepada Allah dan agar diberikan kekuatan dalam menjalani hidup. Doa itu telah menenteramkan hati pasangan itu. Isyak tangis terdengar. Hati yang kering seolah tersirami dengan kesejukan embun dipagi hari.

Dibeberapa kali kesempatan pasangan suami istri datang ke Rumah Amalia bersama sang buah hati. Perkembangannya sangat menggembirakan. Istrinya telah memakai hijab dan suaminya telah berpindah pekerjaan yang memudahkan untuk berkumpul bersama keluarga. Beliau bertutur, 'Alhamdulillah, Mas Agus..kami sekeluarga sekarang lebih banyak berdoa agar menenteramkan hati kami. Menjalankan ibadah sholat lima waktu dengan baik dan kami senantiasa menghiasai rumah dengan membaca al-quran.' Subhanallah..

'Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.' (QS. ar-Raad : 28).

Wassalam,

Asal Kejadian Manusia  

Posted by lakaransakinah

"APAKAH Engkau akan menjadikan manusia yang akan melakukan kerosakan dan pertumpahan darah di dalamnya, sedangkan kami sentiasa bertasbih dan menyucikan Engkau," demikian pertanyaan malaikat kepada Allah kerana terkejut dengan pengisytiharan-Nya yang mahu menciptakan Adam dan keturunannya sebagai khalifah di bumi.

Namun, selepas itu malaikat akur keputusan itu.

Kemudian Adam diciptakan, iaitu daripada tanah kering yang berasal daripada lumpur hitam. Daripada tanah, Allah menjadikan Adam berperingkat, kemudian meniupkan roh ke tubuhnya.
Akhirnya sempurnalah kejadian Adam sebagai manusia, merangkumi otak, darah dan daging, bebas bergerak dan bertindak mengikut kehendak dan akal fikiran.

Apabila penciptaan Adam sempurna, Allah memerintahkan semua malaikat sujud kepadanya sebagai memulia dan menghormatinya.

Perkara ini dapat dilihat melalui ayat 28 hingga 29 surah Yusuf, maksudnya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhan-Mu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia daripada tanah liat kering, daripada lumpur hitam yang diberi bentuk. Apabila Aku menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku, tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud."
Selepas itu Allah mengajarkan kepada Adam segala nama, yang menjadi asas ilmu pengetahuan sebagai bekalan hidup di bumi. Apabila Adam mendapat ilmu, Allah memperlihatkannya kepada malaikat, dia memiliki darjat yang tinggi dari segi ilmu berbanding malaikat.

Lalu malaikat berkata: "Sungguh kami menyucikan Engkau wahai Tuhan kami, kerana kami tidak mengetahui melainkan yang telah Engkau ajarkan kepada kami dan Engkau Maha Mengetahui segalanya, Maha Bijaksana dalam segala urusan yang Engkau ciptakan."

Perkara ini dapat dilihat melalui surah al-Baqarah, ayat 31 hingga 33. Semua malaikat akur dengan perintah Allah dan sujud kepada Adam. Bagaimanapun, iblis dengan angkuh dan sombong enggan berbuat demikian.

Iblis memberikan jawapan kepada Allah kononnya dia lebih mulia daripada Adam. Menurut iblis, dia diciptakan daripada api, manakala Adam daripada tanah. Justeru, iblis menyangka dirinya lebih bermaruah dan mempunyai kedudukan tinggi daripada Adam. Melihat gelagat iblis yang bongkak itu, Allah melaknat iblis dan mengusirkannya dari syurga untuk selama-lamanya.
Hukuman itu menyebabkan iblis berdendam dengan Adam, lalu ia menyatakan permohonan kepada Allah supaya dipanjangkan usia sehingga hari kiamat. Iblis juga bersumpah untuk menyesatkan anak cucu Adam dari jalan yang benar, dengan mendatangi mereka (manusia) dari setiap penjuru untuk mengawasi kelemahan dan kecuaian mereka, sehingga mengheret ke lembah kesesatan dan derhaka kepada Allah.

Permohonan itu dikabulkan, namun Allah turut mengutuk iblis, melalui firmanNya: "Keluarlah kamu dari syurga ini dengan keadaan yang hina, kamu tidak akan mendapat rahmat-Ku dan Aku bersumpah akan memenuhi jahanam dengan kamu sekalian dan orang yang mengikutimu."

Selepas iblis diusir dari syurga, Adam tinggal keseorangan dan pada satu ketika dia terlena. Ketika itu, Jibril mencabut tulang rusuknya di sebelah kiri, dibentukkannya menjadi daging dan tulang, seterusnya terciptalah Hawa, sebagai isteri. Perkara ini dinyatakan dalam surah al-Nisa, ayat 1.

Adam dan Hawa tinggal di syurga dengan segala kenikmatan. Namun, Allah melarang mereka dari mendekati sejenis pokok sekali gus menegah memakan buahnya. Mereka diberi amaran, jika melanggar larangan itu, mereka termasuk golongan yang zalim dan akan mendapat balasan daripada Allah.

Bagaimanapun, larangan itu tidak dipatuhi. Kemudian, semua pakaian dan perhiasan di syurga yang dipakai mereka terlepas, dengan tiada satu pun tertinggal, melainkan mahkota.

Sambil menangis, Adam menoleh kepada Hawa, lalu berkata: "Persiapkanlah dirimu untuk keluar dari sisi Allah. Inilah permulaan munculnya maksiat."

Hawa menjawab: "Wahai Adam! Aku tidak pernah menyangka ada makhluk berani bersumpah palsu kepada Allah."

Di syurga Adam sentiasa berlari kerana malu kepada Allah, sehingga Adam mengira azab Allah dipercepatkan, lalu dia menundukkan kepala dan berkata: "Ampun! Ampun."

Lalu Allah berfirman: "Wahai Adam, adakah kamu melarikan diri dari-Ku?" Adam menjawab: "Tidak, tetapi aku malu kepada Engkau wahai Tuhan!"

Kemudian Allah mewahyukan kepada dua malaikat, supaya mengeluarkan Adam dan Hawa dari sisi-Nya, kerana telah menderhakai-Nya. Tanpa berlengah, Jibril melepaskan mahkota di kepala Adam, manakala Mikail mencabut mahkota di keningnya.

Selepas diturunkan dari tempat suci ke tempat yang penuh kelaparan, Adam menangisi kesalahannya selama seratus tahun. Dia sentiasa menundukkan kepala di atas kedua-dua lututnya, sehingga titisan air matanya membasahi bumi, menumbuhkan rumput dan pokok.

Wahab bin Munabbih menceritakan, Nabi Adam berada dalam kemurkaan Allah selama tujuh hari. Pada hari ketujuh Allah memanggilnya, kemudian memberikan wahyu kepadanya: "Wahai Adam, kesedihan apakah yang Aku lihat menimpamu hari ini? Bencana apakah menimpamu sehingga menyebabkanmu hanyut?"

Adam berkata: "Sungguh besar musibah, wahai Tuhan. Aku diliputi kesalahanku sendiri dan aku keluar dari kerajaan Tuhanku, sehingga aku berada di tempat kehinaan, sebelumnya aku berada dalam kemuliaan.

"Aku berada di tempat celaka, sebelumnya aku dalam kebahagiaan. Aku berada di tempat sukar, sebelumnya aku dalam kemewahan. Aku di tempat bencana, sebelumnya aku dalam keselamatan.

"Aku sekarang berada di tempat yang akn musnah setelah berada dalam ketenangan. Aku sekarang berada di tempat yang hancur setelah berada di tempat kekal abadi dan aku sekarang berada di tempat yang penuh penipuan setelah berada dalam keamanan. Tuhanku, tentu saja aku menangisi kesalahanku? Bagaimana mungkin aku tidak meratapi diriku sendiri?" Allah berfirman kepada Adam: "Bukankah Aku telah memilihmu untuk diri-Ku? Aku telah menghalalkan rumah-Ku untuk dirimu, Aku memilihmu atas semua makhluk-Ku, Aku mengkhususkan keramat-Ku terhadap dirimu, Aku mencurahkan kecintaan-Ku terhadap dirimu, Aku memberi peringatan kepadamu akan kemurkaan-Ku?

Bukankah Aku menciptakanmu sendiri, Aku telah meniupkan nyawa ke dalam tubuhmu, Aku memerintahkan malaikat supaya sujud dan bukankah Aku menjadikanmu sebagai pendamping-Ku di syurga-Ku.

Kamu menggunakan keramat-Ku sekehendakmu sendiri, sehingga kamu telah menderhakai perintah-Ku, kamu telah melupakan janji-Ku dan mensia-siakan wasiat-Ku? Bagaimana sekarang kamu akan memungkiri seksaan-Ku?

Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, seandainya bumi ini penuh dengan orang seperti kamu, di mana (mereka) sentiasa bertasbih malam dan siang tiada hentinya. Kemudian mereka menderhakai Aku. Aku akan memberikan tempat kepada mereka seperti tempat orang yang derhaka.

Sesungguhnya Aku mengasihani kelemahanmu, mengangkatmu dari kejatuhan, menerima taubatmu, mendengar permohonanmu yang tulus dan Aku mengampuni dosamu."

Lalu disuruh-Nya Adam berkata: "Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau ya Allah dengan segala puji-Mu, aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku melakukan kejahatan, terimalah taubatku. Sesungguhnya, Engkau Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Pengasih."

Kemudian Allah mengirimkan kepada Adam sebuah khemah dan diletakkannya di tempat berdirinya Kaabah (sebelum Kaabah itu sendiri diciptakan). Di sanalah Adam tinggal dan seterusnya mengembangkan keturunannya.








Bersyukur lah  

Posted by lakaransakinah in

Teman, hidup ini akan menjadi indah apabila dalam kondisi apapun yang terjadi kita senantiasa bersyukur, kita panjatkan syukur kepada Allah sebab dengan bersyukur membuat hidup kita dan keluarga kita menjadi tenteram dan bahagia. Syukur adalah kesinambungan hati untuk mencintai Sang Pemberi Nikmat, kesinambungan anggota badan untuk mentaatiNya dan kesinambungan lisan untuk mengingat dan memujiNya. 

Syukur hati adalah apabila kita mengakui bahwa apapun yang ada pada diri kita datangnya dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagaimana firmanNya. 'Dan nikmat apa saja yang ada pada kalian, maka dari Allah.' (QS. An-Nahl : 53). Itulah sebabnya jangan pernah membiarkan diri terbuai oleh nikmat, kemuliaan, ujian, cobaan dan musibah di dalam hidup sehingga kita lupa diri terhadap yang Sang Pemberi Nikmat. 

Sedangkan syukur perbuatan adalah kita bekerja hanya untuk Allah, setiap hamba yang beriman senantiasa mensyukuri hidup ini dengan bekerja sebab bekerja untuk menghidupi keluarga merupakan amal kebaikan kita, sebagaimana firman Allah. 'Beramallah wahai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah).' (QS. Saba' : 13). 

Ketiga, syukur lisan adalah membicarakan nikmat Allah. 'Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-nyebutnya' (QS. Adh-Dhuha :11). Sementara Rasulullah juga bersabda 'Membicarakan nikmat Allah adalah syukur' (HR. Ahmad). Sebagian ulama mengingatkan kita, 'barang siapa yang menyembunyikan nikmat maka dia telah kufur terhadapnya dan barangsiapa mengucapkan 'alhamdulillah' maka dia telah mensyukurinya.'

Yuk! Kita syukuri hidup ini..

Wassalam,