Tiada Akan Masuk Syurga Kecuali Orang Yang Muslim  

Posted by lakaransakinah in

Assalamu’alaikum warohmatullallhi wabarokaatuh,
Hamdan li Robbin Khosshona bi Muhammadin
Wa anqodznaa bi dzulmatiljahli waddayaajiri
Alhamdulillahilladzii hadaanaa bi ‘abdihilmukhtaari man da’aanaa ilaihi bil idzni waqod naadaanaa labbaika yaa man dallanaa wa hadaanaa
Shollallahu wa sallama wa baarok’alaih
Alhamdulillahilladzi jam’anaa fi hadzalmahdhor,Limpahan puji kehadirat Allah SWT, Maha Raja tunggal di alam semesta, tunggal dan abadi kekuasaan-Nya, tunggal dan abadi menguasai setiap ruh dan jiwa, tunggal dan abadi menciptakan setiap jasad hamba-hambanya, dan tiada satupun dari wajah hambanya yang sama dan serupa, Maha suci Allah SWT yang menjadikan alam semesta sebagai seruan bagi keturunan Adam, untuk mengenalkan dzat-Nya yang Maha luhur, untuk mengundang jiwa dan hamba-hambanya agar mengenal siapa yang menciptakan langit dan bumi, agar mereka mengetahui betapa indah dan agung-Nya Allah, mengundang ruh dan sanubari mereka untuk mencapai kebahagian yang kekal, hingga datanglah undangan-undangan Ilaahi dengan kebangkitan utusan Ilaahi yang paling dicintai Allah, sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih, pemimpin pembawa kemuliaan, pemimpin pembawa al-Quran, pembawa kebahagiaan, pembawa tuntunan-tuntunan suci, yang menuntun manusia dari kegelapan dosa dan kemurkaan Allah, menuju cahaya pengampunan dan kasih sayang Allah yang kekal, demikianlah kebangkitan sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih wa ‘ala alih. Sampailah kita di malam hari yang diberkahi Allah SWT ini, dengan membawa dosa-dosa dan kesalahan, dosa-dosa kita selalu mengikuti kita siang dan malam.

Maha Suci Allah SWT yang Maha Luhur, Maha Raja alam semesta, Maha menuntun hamba-hambanya dengan kedermawanan untuk melewati kehidupannya, maka beruntunglah hamba-hambanya yang menjawab seruan Allah, yang mau memahami perasaan Allah, yang mau berduaan dengan Allah didalam kesendirian, melewati satu dua menit dalam hari-harinya untuk berduaan bersama Robbul’alaimin, didalam keindahan sujudnya, mensucikan nama Allah SWT, melampiaskan keriinduannya kepada pencipta-Nya, kepada yang Maha berjasa kepadanya dan Maha berjasa kepada segenap makhluk hidup, Maha memiliki segenap kehidupan dan Maha berjasa kepada semua yang hidup di alam semesta, Dialah Allah, kenalilah nama-Nya, nama yang dikenal oleh seluruh sel tubuh kita, karena seluruh sel tubuh itu hidup dan kehidupannya berawal dari Allah Jalla wa’ala. Nama yang diagungkan oleh alam semesta, jangan kecualikan jiwa dan sanubari kita, alam semesta mengagungkan Robbul’alamin, alam semesta bergemuruh mensucikan nama Allah, jangan kecualikan diri dan jiwa kita, yang lepas dari mengagungkan Allah, dan ternyata ketika datang keinginan hamba untuk bertaubat dan memohon pengampunan, itu adalah salah satu hal yang sangat mengembirakan Allah.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Rahasia pengampunan Ilaahi, tiada akan berhenti terus mengundang para pendosa untuk dilimpahi maaf-Nya, hingga mereka hidup dan wafat dari beratus generasi dari sejak Adam hingga manusia yang terakhir di akhir zaman, sang Maha Memaafkan tiada pernah berhenti memaafkan, sang Maha Pemberi tiada pernah berhenti pemberiannya, sang Maha dermawan tiada pernah terputus kedemawanannya, Jalla wa’ala, yang tiada pernah bosan-bosannya melihat hambanya terus berdosa menentang-Nya dan terus menantikan taubat hambanya untuk kembali kepada Allah, kembalilah, kembalilah kepada yang melamarmu untuk dekat kepada-Nya, yang melamar kita untuk sampai kepada puncak keluhuran dalam kebahagiaan yang kekal, yang melamar kita adalah yang Maha memiliki kelembutan dan kasih sayang, melebihi seluruh kasih sayang di alam, kenalilah nama-Nya yang Maha Luhur, maka salah satu dari bentuk kenikmatan yang muncul dalam kehidupan kita adalah munculnya lambang rahmat Ilaahi sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih, yang Allah jadkan beliau itu bulan purnama hamba-hambanya untuk mengenal keindahan Ilaahi, yang menjadi cermin keagungan Allah, yang menjadi cermin bagi kita untuk mengenal Allah, itulah sayyidina Muhammad sayyidina Muhammad sayyidina Muhammad, tidak akan ada orang mengenal keindahan Allah terkecuali mengenalnya dari tuntunan Muhammad Rasulullah, dan tiada akan ada orang sampai kepada puncak ma’rifat dan iman “illa bi Muhammadin shollallahu wa sallama wa barak’alaih” umatnya ini yang Allah jadikan bagaikan benteng yang saling menguatkan satu sama lain.
Sampailah kita pada hadits mulia dimalam ini riwayat Shohih Bukhori: “laa yadkhulul-jannata illa nafsun muslimah (tiada akan masuk ke surga terkecuali orang-orang yang muslim) wa innallaha layuayyidu hadzaddiin birrojulil-faajir” ini yang menjadi tanda tanya yang perlu kita perjelas, kalau kalimat yang pertama, “tidak akan masuk surga terkecuali orang muslim” jelas sudah tidak perlu penjelasan, surga adalah milik ahli “laa ilaaha illallaah Muhammad Rasulullah” tapi bagaimana dengan ucapan sang Nabi; “innallaha layuayyidu hadzaddiin birrojulil-faajir” Allah menolong kebangkitan agama ini dengan orang-orang pendosa”, al-Imam ibnu Hajar al-Asgholani di dalam kitabnya fathul-baari bi syarah Shahih Bukhari, mensyarahkan makna hadits ini bahwa inilah kemuliaan pada muslimim muslimat walaupun pendosa, Allah tidak menyingkirkan mereka, terkecuali tetap merangkul mereka untuk turut berjasa menegakkan agama ini, walaupun mereka seorang yang banyak berdosa, bahkan ini bukan banyak berdosa, tapi faajir, orang yang selalu berbuat dosa,
Al-Imam ibnu Hajar al-Asgholani menukil riwayat didalam shahih bukhori; ketika saat seseorang berjihad dan Rasul berkata: huwa min ahlinnaar” orang itu ahli neraka, maka para shahabat memungkirinya, ya Rasulullah orang ini berjihad, Rasul berkata: innahu min ahlinnaar” ia wafat akan sampai ke dalam api neraka, dan ternyata benar, ketika ia melewati satu peperangan dan ia mendapatkan luka yang cukup parah, seraya membunuh dirinya sendiri, ia wafat dalam keadaan bunuh diri, sabda Rasulullah SAW, seraya bersabda: innallaha layuayyidu hadzaddiin birrojulil-faajir”Allah itu juga menegakkan agama ini dengan tumpukkan orang-orang yang faajir, dalam peperangan itu orang tadi berjasa, ia cukup hebat dalam membela Islam, walaupun ia wafat sebagai orang yang bunuh diri.
Al-Imam ibnu Hajar al-Asgholani memberi kejelasan dalam hadits ini, bagi kita untuk tidak meremehkan orang yang faajir, apalagi kalau seandainya sebagaimana al-Imam ibnu Hajar menukil; ketika kita melihat penguasa yang zholim, penguasa yang zholim kalau seandainya sampai kederajat yang faajir, tetap Allah SWT masih mengambilnya sebagai penegak agama,
demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, Allah memuliakan seorang muslim, ketika seorang pemimpin Islam maka tiadalah selayaknya rakyatnya untuk menghancurkannya, walaupun ia seorang yang zholim, akan tetapi kebangkitan Islam dan kemajuan Islam, bukan ditangan pemimpin yang zholim atau tidak zholim, tetapi pada rakyat yang bergerak didalam kemuliaan ataupun didalam kehancuran. Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah, seorang pemimpin yang sholeh tidak akan mampu berbuat apa-apa ketika rakyatnya faajir dan sebaliknya jika rakyatnya mu’minin mu’minat sholihin sholihat, pemimpin yang faajir tidak akan bisa bebuat apa-apa berhadapan dengan kekuatan Robbul’alamin.
Demikian hadirin hadirot karena kekuatan Allah ma’al-jama’ah, yadullah ma’al-jama’ah wa innal-fatt gholab wa adzab” kekuatan muslimin bersama kekuatan Allah pada persatuan muslimin bukan pada perpecahan, dan perpecahan adalah gholab dan adzab, demikian sabda Nabiyyuna Muhammad SAW wa barak’alaih, Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah. Hadits ini membuka bagi kita pemahaman bahwa para pendosa yang banyak berbuat salahpun Allah SWT masih menggunakan jasanya untuk menegakkan Islam, disinilah kemuliaan muslimin muslimat, umat Nabi Muhammad SAW wa barak’alaih wa’ala alih.
Seindah-indah makhluknya Allah adalah Nabi kita Muhammad, yang dengan mengikuti tuntunan beliau sampailah kita pada kesejateraan dunia dan akhirat, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori Rasul SAW bersabda: “tidak dihalalkan bagi seorang muslim untuk bermusuhan dengan saudaranya melebihi tiga malam” sehingga “wayu’ridhu hadza wa yu’ridhu hadza”, sehingga yang ini berpaling dari saudaranya, saudara berpaling darinya, “inna min khoirihim man yabda,u bissalam” dan yang paling baik diantara keduanya yang saling berselisih adalah yang paling pertama mengucapkan salam kepada yang berselisih padanya” ketika dua orang berselisih dan bermusuhan, Rasul berkata; tidak halal baginya melebihi tiga malam, lewat dari tiga malam ia telah sampai kepada hal yang haram dari permusuhannya, dan permusuhannya bukan lagi kepada saudaranya, tetapi ia telah sampai kepada hal yang dimurkai Allah, dan yang terbaik diantara mereka adalah yang pertama kali mengucapkan salam, bukan yang salah atau yang tidak salah, tapi yang paling baik diantaranya adalah yang pertama kali memulai untuk keinginan kembali berdamai, demikian hadirin hadirot, warisi pada dirimu, warisi pada hari-hari kita, wasiat-wasiat Nabi kita Muhammad SAW shollallah wasallama wa barak ‘alaih.
jadikan jiwa kita terbuka bagi saudara-saudara kita yang kita cintai dan yang kita tidak menyukainya, ia telah berbuat salah padaku menyinggung perasaanku, tidak berat bagimu untuk memaafkannya, ingatlah semakin seeseorang banyak memaafkan saudaranya, melupakan kesalahan saudaranya, semakin cepat Allah melupakan kesalahannya, ketika seseorang berat melupakan kesalahan saudaranya, hati-hati barangkali Allah berat pula melupakan kesalahannya.
Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah,
Ketika jiwa yang paling indah selalu melupakan orang-orang yang berbuat salah padanya, maka jiwa itulah yang paling berhak dilupakan oleh Allah kesalahan-kesalahannya, “man laa yarhan laa yurham” sabda sang Nabi riwayat Shohih Bukhori: barang siapa yang tidak mempunyai sifat penyayang maka ia akan sulit mendapatkan kasih sayang Allah SWT. Hadirin hadirot, diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, ketika salah seorang selalu memaafkan kesalahan saudaranya, ketika ia sampai dihisab dan dipertanggungjawabkan atas dosa-dosanya, maka ia mengadu kepada Allah; aku memaafkan fulan, aku memaafkan fulan, aku memaafkan fulan, maka berkatalah Allah SWT: lupakan, lupakan kesalahan ia, sebagaimana ia melupakan kesalahan orang yang berbuat salah padanya, Allah malu untuk mempertanyakan kesalahan orang yang melupakan kesalahan orang padanya, ketika orang ini berbuat salah kepada Allah, Allah merasa Aku lebih berhak memaafkan daripada engkau wahai hamba-Ku, engkau memaafkan orang yang berbuat salah padamu, Aku lebih berhak memaafkan orang yang berbuat salah pada-Ku dari engkau, demikian hadirin hadirot keluasan kedermawanan ilaahi yang semakin bergelombang dahsyatnya dengan perubahan jiwa kita yang semakin indah, warisi kemuliaan sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih, orang yang paling cepat memaafkan, Nabiyyuna Muhammad SAW, makin dikerasi, makin disinggung, makin dikecam, makin lembut, makin mendoakan, demikian budi pekerti yang indah yang digelari oleh Allah “wa innaka la’ala khuluqin ‘azhiim”.
Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori: ketika beliau SAW disihir, disihir oleh Labid bin Ahshom, salah seorang Yahudi yang mengirim sihir kepada sang Nabi dan Allah SWT yang Maha melihat, Maha Menjaga sang Nabi, membiarkan sihir itu sampai kepada sang Nabi, namun tahtal- murokabak” dibawah pengawasan Allah SWT, sihir seperti apa bisa menembus seorang yang paling dicintai Allah, namun Allah SWT izinkan sihir itu mengenai sang Nabi, “ibrotan li ummati” ibroh bagi umatnya, maka ketika sihir itu terkena dalam beberapa hari Allah telah mengirimkan jibril dan salah seorang malaikat lainnya memberi tahu sang Nabi, bahwa engkau terkena sihir, dan yang menyihirmu adalah Labid bin Ahshom dan sihirnya itu ditaruh disumur anu, didekat Madinatul munawarah, maka Rasul SAW keluar bersama para shahabat dan mengeluarkan sihir itu dari dalam sumur dan membuangnya, maka berkata sayyidatuna Aisyah ra: ya Rasulullah memangnya sihir itu bisa membuatmu membawa mudhorot padamu, kalau seandainya tidak dibuang, dibiarkan didalam sumur, Rasul berkata:“innallah” sungguh Allah telah menjagaku dari sihir ini akan tetapi yang ku risaukan bila sihir itu tidak dihancurkan, akan membawa mudhorot bagi orang lainnya, kalau sang Nabi berada dalam penjagaan Allah, mau dikirim sihir oleh seluruh penyihir di muka bumi, tidak akan bisa membawa mudhorot, karena ia dilihat langsung oleh pengawasan Allah SWT, dan beliau SAW memaafkan Labid bin Ahshom, orang yang menyihir beliau, orang Yahudi itu dibiarkan oleh sang Nabi dan dimaafkan, demikian indahnya budi pekerti beliau SAW wa barak’alaih.
Diriwayatkan di dalam Shohih Bukhori, ketika datang sayyidina Umar bin Khattab ra, Rasul SAW kebetulan sedang mengajar kaum nisa, kaum wanita, kaum wanita ribut suaranya saat itu, begitu sayyidina Umar bin Khattab masuk semuanya terdiam, maka Rasul SAW tersenyum, maka berkata Umar bin Khattab: ada apa engkau tersenyum sampai gigimu terlihat, karena Rasul SAW itu jika tertawa tidak terdengar suara beliau SAW, jarang sekali sampai terlihat giginya terkecuali betul-betul gembira, kenapa engkau seperti ini ya Rasulullah? Apa yang membuatmu tersenyum kata sayyidina Umar, Rasul berkata: tadi masih ribut disini kaum wanita, saat engkau masuk semuanya diam wahai Umar, maka berkatalah Umar bin Khattab ra, ya Rasulullah tidak pantas mereka itu lebih risau dan takut kepadaku, sepantasnya mereka menghormatimu lebih lagi, maka Umar berkata: wahai kalian kenapa kalian lebih takut kepadaku dari pada Rasulullah? maka berkata mereka ini; wahai Umar, engkau ini tegas dan berwibawa sedangkan Rasulullah lembut dan berkasih sayang, Rasul SAW tambah tersenyum lagi, seraya berkata: demi Allah wahai Umar jika syaithon datang berpapasan denganmu disuatu jalan, syaithon itu akan mencari jalan dari bukit yang lain, untuk tidak berpapasan denganmu wahai Umar ra wa ardhoh.
Disini hadirin hadirot menunjukkan bahwa ketegasan Umar bin Khattab bukan dengan emosi dan hawa nafsu, beliau adalah orang yang berwibawa dan sangat tegas, akan tetapi bukan dengan hawa nafsunya, karena apa? karena syaithon menghindar darinya. Al-Imam Nawawi dalam kitabnya syarah nawawi ‘ala shohihul-muslim mensyarahkan makna hadits ini, bahwa tidak mustahil, memang ma’sum yaitu sifat terjaga dari perbuatan berdosa, pasti bagi para Nabi dan Rasul, akan tetapi tidak mustahil bagi selain Nabi dan Rasul, dan hal seperti ini, berkata Imam Nawawi, bukan hanya pada sayyidina Umar bin Khattab, tapi banyak pada shahabat lainnya, ra wa ardhohum, akan tetapi riwayat yang sampai adalah sayyidina Umar bin Khattab, akan tetapi banyak dari para shahabat besar yang sudah tidak lagi didekati oleh syaithon karena dasar kuatnya iman mereka, karena cahaya Allah yang berpijar dalam jiwa mereka.
sehingga teriwayatkan dalam salah satu riwayat yang tsiqoh, bahwa salah seorang shahabat berkata: aku tidak pernah berpaling hatiku saat aku sholat sejak aku masuk Islam, sejak masuk Islam tidak pernah hatinya berpaling pada selain Allah disaat sholat, inikan tentunya bukan terikat kepada jiwanya yang suci saja, tetapi terikat kepada sang guru, sang pembimbing semulia-mulia pembimbing, semulia-mulia guru, sayyidina Muhammad SAW wa barak’alaih yang dengan memandang wajah beliau, sampailah para shahabat bertambah kekhusu’annya, sebagaimana riwayat Abu Hurairah ra wa ardhoh,“ya Rasulullah idza roainaaka rooqqod quluubina” wahai Rasulullah jika kami melihat wajahmu, terangkat kami kepada kekhusu’an yang lebih” melihat wajah manusia yang paling ramah, manusia yang paling khusu’, manusia yang paling lembut, sayyidina wa maulana Muhammad SAW wa barak’alaih.
Diriwayatkan didalam Shohih Bukhori, ketika salah seorang shahabat dari Badui yaitu orang dusun, sedang berdesakkan Rasul SAW bersama para shahabat, seraya menarik rida sang Nabi SAW dengan kerasnya, seraya berkata wahai Muhammad, beri aku bagian daripada shodaqoh yang dari Allah SWT, tarikan rida sedemikian keras sehingga terlihatlah bekas yang merah dileher Nabi Muhammad SAW, beliau berpaling dan tersenyum kepada orang itu dan memerintahkan para shahabatnya untuk memberikan shodaqoh kepada orang tersebut, demikian seindah-indah budi pekerti. Al-Imam ibnu Hajar didalam kitabnya fathul-baari bi syarah shohihul-bukhori menjelaskan bahwa makna kejadian itu bukan orang dusun itu berbuat kurang ajar dan menarik sorbannya sang Nabi untuk meminta shodaqoh, kecuali karena Rasul sudah hampir masuk kedalam rumah beliau, sudah hampir masuk kedalam rumah, maka orang ini takut Rasul masuk kedalam rumah, tidak sempat ia meminta shodaqohnya, ia menarik baju sang Nabi SAW, maka Rasul tersenyum dan Rasul SAW memerintahkan kepada para shahabat untuk memberinya, demikian indahnya budi pekerti Nabiyyuna wa syafii’una Muhammad SAW wa barak’alaih.
Hadirin hadirot, kejadian-kejadian mulia ini, ditunjukkan oleh Allah SWT, kepada para shahabat ra wa ardhohum, agar mereka lebih mengenal kelembutan Allah, dan Allah tidak memutus kabar-kabar mulia itu dimasa beliau saja, akan tetapi menyambungkan dan menyampaikannya dari zaman-ke zaman, bahkan sampai saat ini, 14 abad dari masa wafatnya sang Nabi, kemuliaan budi pekerti beliau, masih diabadikan oleh Allah SWT, sehingga menerangi jiwa kita dimalam hari ini dan para penerus beliau yang mewarisi kemulian khusu’, kemuliaan-kemuliaan tawadhu, kemuliaan-kemuliaan kerinduan kepada Allah, para shahabat minal-muhajirin dan Anshor dimasanya, diteruskan generasi selanjutnya dan tidak pernah terputus.
Kita mendengar satu nama mulia Imamuna Ali Zainal Abidin As-Sajjad ibnu Husein bin Ali bin Abi Thalib ra wa karromallahu wajhah, yang digelari As-Sajjad, orang yang banyak bersujud, ia melewati malamnya dengan 1000 kali sujud setiap malam 500 raka’at, melakukan sholat muthlaq, sholat muthlaq itu adalah sholat yang tidak memakai salam setiap dua raka’at, sholat sunnah muthlaq adalah sunnah hukumnya, dilakukan tidak diputus dua raka’at dua raka’at, tidak, ia lanjut saja, bagi orang yang asyik kepada Allah lebih senang memilih sholat sunnah muthlaq, karena tidak pakai salam dan tidak pakai batas raka’at, terserah berapa raka’at saja, pokoknya sholat saja, mau dua, tiga, empat, ia tidak hitung lagi ganjil atau genap, yang jelas sholat sunnah muthlaq lepas tanpa perhitungan, tanpa perlu ia menghitung berapa kelebihan kekurangan, ia lanjut saja, dan sebagian diantara mereka para salafussholihin dan para tabi’in melakukan sholat sunnah muthlaq dengan perhitungan, seperti Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad ini, 500 raka’at setiap malamnya dengan perhitungan ayat, membaca sekian ayat, 4 ayat 5 ayat sekian ayat, surat anu, sampai surat anu jumlahnya 500 ayat dibaca, satu kali berdiri dua-tiga ayat, ruku’ sujud, ruku’ sujud, 500 raka’at, demikian malam-malamnya Imamuna Ali Zainal Abidin digelari As-Sajjad, kebiasaan ini didukung oleh, sebagaimana dijelaskan didalam fathul-baari bi syarah shohihul-bukhori oleh Imam ibnu Hajar al-Asgholani bahwa; ada dua kebiasaan sang Nabi, memanjangkan raka’at sholatnya dengan bacaan yang panjang, ruku’nya panjang, i’tidalnya panjang, sujudnya panjang, demikian dengan raka’at yang sedikit, atau mempersingkat setiap bacaan raka’atnya dan memperbanyak raka’atnya, ini perbuatan sang Nabi, dua-duanya diteruskan para shahabat, masing-masing memilih, ada yang memilih memanjangkannya sampai ada yang membaca delapan juz atau 12 juz al-Qur,an dalam satu malam, ada yang mengambil raka’at jumlahnya banyak, diantaranya Imam Ali Zainal Abidin, diteruskan oleh Imam Syafi’I ‘alaihi rahmatullah yang juga 500 raka’at, 1000 kali sujud setiap malamnya, diteruskan oleh Imam Faqihil Muqoddam yang juga didengar dan dipahami setiap malamnya 500 raka’at, 1000 kali sujud, dan didalam doa munajatnya, jiwa-jiwa yang indah bermunajat dengan yang Maha Indah.
ketika Imam Thous ‘alaihi rahmatullah, ingin sholat malam dimasjidil haram, sebelum waktu shubuh, ia lihat ada orang yang sudah mendahuluinya, ruku’ sujud, ruku’ sujud, berdiri, ruku’ sujud, ruku’ sujud, terus, siapa orang ini, dari tadi tidak berhenti, ia dekati Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad ‘alaihi rahmatullah, oh ini, orang mulia, ia lihat saja, apa sih, bagaimana keadaannya, terus sampai hampir terbitnya fajar, hampir adzan shubuh, baru beliau berhenti dan salam, setelah itu didengarlah munajat dari bisikan Imam Ali Zainal Abidin, dengan rintihan suaranya yang demikian memilukan: ‘abduka bi finaaik, miskiinuka bi finaaik, fakiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik, empat kalimat ini terus diulang, ‘abduka bi finaaik” hamba-Mu didepan teras istana-Mu, ”miskiinuka bi finaaik” si miskin dihadapan-Mu di depan teras istana-Mu wahai Allah, “fakiiruka bi finaaik” si fakir dihadapan istana-Mu wahai Allah, “saailuka bi finaaik” si peminta-minta didepan gerbang istana-Mu wahai Allah, ia terus mengulang kalimat itu, Imam Thous terus mendengar, betapa indahnya kalimat yang diucapkan dari jiwa yang khusu’ dan rindu kepada Allah, memanggil yang Maha berhak dirindukan, ‘abduka bi finaaik, miskiinuka bi finaaik, fakiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik, demikian munajat, Imam Thous menghapalnya, ia berkata: sejak itu tidaklah aku punya hajat yang sulit, ku pakai doa itu, kecuali Allah mengabulkannya, keberkahan dari jiwa Imam Ali Zainal Abidin, dari orang yang banyak bersujud, 1000 kali sujud setiap malamnya, namun demikianlah indahnya ucapannya.
Demikian hadirin hadirot yang dimuliakan Allah.
Dan akan datang satu masa berakhirnya kehidupan kita, selesai sudah dan berpisah dengan semua yang kita lihat dan semua yang kita dengar, dan tidak selesai sampai disitu, terkecuali melewati saat-saat penantian untuk menghadap Allah, dan disaat itu Allah SWT menjadikan bumi bersaksi, idza zulzilatil-ardhu zil-zaalahaa* wa akhrojatil-ardhu atsqoolahaa*wa qoolal-insaanu maalahaa*yaumaidzin tuhadditsu akhbaarohaa* ketka Allah menguncang bumi dengan guncangan yang dahsyat, idza zulzilatil-ardhu zil-zaalahaa* wa akhrojatil-ardhu atsqoolahaa” dan bumi memuntahkan semua isinya, disini sebagian para mufassir menjelaskan, yang dimaksudkan mengeluarkan isinya, adalah mengeluarkan seluruh jasad manusia yang telah terkubur didalamnya, disini hadirin hadirot telah dinukil hadits qudsi, diriwayatkan oleh para mufassir kita, dengan riwayat yang tsiqoh, bahwa ketika tubuh telah hancur menjadi tanah, tersisa tulang-tulang kecil yang barangkali tidak terlihat mata,
maka disaat hari kebangkitan, Allah menurunkan hujan sehingga air itu yang merupakan air kehidupan dikehendaki oleh Allah SWT, menumbuhkan kembali tubuh manusia, sebagaimana Allah menumbuhkannya dari sebutir sel saja dan sel ovum, Allah menumbuhkan tubuhnya hingga sempurna, Allah menumbuhkan tubuhnya kembali, dan disaat itulah setelah tubuhnya kembali sebagaimana asalnya, maka Allah memerintahkan semua ruh untuk kembali kepada tubuhnya dan mereka mendatangi panggilan Allah, disinilah bumi memuntahkan seluruh jasad yang berada didalamnya, “wa akhrojatil-ardhu atsqoolahaa*wa qoolal-insaanu maalahaa” manusia bertanya; ada apa sebenarnya, apa yang terjadi? apa yang akan terjadi? “yaumaidzin tuhadditsu akhbaarohaa” bumi bersaksi atas apa-apa yang pernah ia lihat, semua manusia yang pernah hidup tentunya saksinya adalah bumi, menginjakku ditempat anu, dalam pahala, dalam dosa, dalam sujud, dalam zina, dalam judi, dalam mabuk, dalam taubat, dalam istighfar, disaksikan oleh bumi dan disaat itu “tuhadditsu akhbaarohaa’ ia mengeluarkan seluruh kejadian yang telah terjadi di atasnya, demikian hadirin hadirot.
Dan Allah berfirman: “innalladziina sabaqot lahum minal-husnaa ulaaika ‘anha mub’aduun”ketika api neraka memanggil nama-nama para pendosa, api yang terdengar gemuruhnya 100 tahun perjalanan, dan disaat itu Allah berfirman: “innalladziina sabaqot lahum minal-husnaa ulaaika ‘anha mub’aduun”, mereka yang telah mendapatkan khusnul khotimah, mereka jauh dari api neraka,“laa yasma’uuna hasiisahaa” jangankan melihat neraka, mendengar desisnya pun tidak, “laa yasma’uuna hasiisahaa” desis neraka tidak mereka dengar, padahal gemuruhnya terdengar 100 tahun perjalanan, desisnya mereka tidak dengar, “wa lahum fii masytahat anfusuhum khooliduun”mereka diberi apa yang mereka mau dan mereka abadi, mereka tidak mendapat kesedihan disaat orang melewati ketakutan yang dahsyat, “watatalaqqoohumul-malaaikatu hadza yaumukumulladzii kuntum tuu’aduun” mereka disambut oleh para malaikat Allah.
Inilah hari yang dijanjikan oleh kalian, dihari tidak ada kemungkiran, tidak ada pendustaan, tidak ada ketidakadilan, tidak ada penipuan, yang ada adalah Maha Raja alam semesta yang Maha Adil mengadili seluruh kejadian, dan Maha menyantuni hambanya yang merindukannya, orang yang merindukan Allah disaat itu merasa pada puncak keamanan dan ketenangan, selama di dunia mereka barangkali memahami dan meyakini lindungan Allah, tapi mereka tidak atau belum berjumpa dengan Allah, hati mereka merasakan ketenangan yang dahsyat “laa yahzunuhumul-faza’ul-akbar” tidak sedih mereka dengan ketakutan yang dahsyat, mereka tidak diberi takut oleh Allah, sebagian para mufassir menjelaskan bahwa bukan berarti mereka tidak melewati api neraka, karena mereka melewati jembatan shirot, mereka melewati api neraka tentunya, bagaimana dengan firman Allah: “laa yasma’uuna hasiisahaa” mereka tidak mendengar desisnya”, Allah SWT memenuhi mereka dengan cahaya keindahan Allah dan mereka ditutupi dan dijaga oleh Allah, walaupun mereka melewati jembatan shirot, tidak terasa, tidak terdengar, tidak terlihat, karena cahaya keindahan Allah SWT menggulung mereka, mereka tidak mendengar selain keindahan Allah, keindahan Allah,
hadirin hadirot kita memahami hal yang akan terjadi padaku dan kalian kelak, yaitu mereka yang menyaksikan keindahan Allah SWT, dengan semulia-mulia keberuntungan.
Kita bermunajat semoga Allah menghalalkan bagi kita keindahan-Nya didunia dan diakhirat, Robbi halalkan atas kami keindahan-Mu didunia dan di akhirat, sehingga kami merasakan lezatnya menyebut nama-Mu siang dan malam, Ya Rahman Ya Rahim, jangan Kau haramkan keindahan dzat-Mu dalam jiwa kami, dalam sujud kami, dalam munajat kami, hiasi siang dan malam kami dengan keindahan-Mu, dengan kelembutan-Mu, dengan kasih sayang-Mu, dengan pengabulan doa, dengan kemudahan, dengan terangkatnya dan terhapusnya dosa-dosa, dengan tersingkirnya musibah, dengan tersingkirnya kesulitan, fa Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim kami mengadukan dosa-dosa kami Ya Robb kepada gerbang pengampunan yang paling luas yaitu Engkau wahai Allah, pada yang Maha Memaafkan yaitu Engkau wahai Allah, kami mengadukan kelemahan kami dalam ta’at menjalankan perintah-Mu, dan kami mengadukan diri kami yang malas melakukan apa yang Engkau perintahkan, dan selalu ingin berbuat apa yang Engkau telah melarangnya Robbi kami mengadukan keadaan kami kepada yang Maha berhak bagi hamba untuk mengadu, wahai Allah, tumpukkan kesulitan melewati hari-hari kami gantikan dengan kemudahan, tumpukkan doa dan munajat yang hingga malam ini masih belum Engkau kabulkan, Ya Rahman kepada siapa kami mengadu kalau bukan pada nama-Mu Robbi, Ya dzaljalali wal-Ikrom “innalillahi maa fissamaawaati wamaa fil-ardh” Engkaulah yang memiliki langit dan bumi beserta isinya, dan termasuk diri kami, maka perbaiki keadaan kami zhohiron wa bathina, hapuskan dosa-dosa kami dan dosa ayah bunda kami Robbi, ayah bunda kami yang masih hidup curahkan keberkahan dalam hidupnya, ayah bunda kami yang telah wafat, muliakan arwah mereka bersama muqorrobin, bersama para mushoddiqiin, dan wafatkan kami dalam husnul khotimah, pastikan tidak satupun dari semua yang hadir terkecuali telah bebas dari segala dosa.
Ya Rahman Ya Rahim Ya dzaljalali wal-Ikrom Ya dzathouli wal-in’am Ya Rahman Ya Rahim, kami berdoa untuk teman-teman dan saudara kami muslimin muslimat yang masih terjebak dalam perzinahan, yang masih terjebak dalam narkotika, yang masih terjebak dalam perjudian, yang masih terjebak dalam segala kemunkaran, hujani jiwa mereka dengan keinginan taubat, hujani jiwa mereka dengan hidayah, undang mereka pada lezatnya munajat, Ya Rahman Ya Rahim kami teringat sahabat dan teman kami yang telah wafat didalam kehinaan, yang masih menjerit hingga malam ini didalam kesempitan di alam kubur, bebaskan mereka dari kesulitannya Robbi, bebaskan mereka dari rintahannya Ya Allah, berikanlah malam ini kebebasan bagi mereka selama-lamanya Ya dzaljalali wal-Ikrom Ya dzatthouli wal-in’am Ya Rahman Ya Rahim fa quuluu Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Allahu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya dzaljalali wal-Ikrom.

This entry was posted on Monday, December 27, 2010 at 3:05 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 comments

Post a Comment