Kedua Kaki Yang Diharamkan Api Neraka  

Posted by lakaransakinah in

عن عَبَايَةُ بْنُ رِفَاعَةَ قَالَ أَدْرَكَنِي أَبُو عَبْسٍ وَأَنَا أَذْهَبُ إِلَى الْجُمُعَةِ فَقَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَقُولُ مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
(صحيح البخاري)
Sungguh berkata Sayyidatina Aisyah ra :
”Dari Abaayah bin rifa’ah berkata : aku bertemu dg Abu Absin saat aku berangkat shalat jumat seraya berkata, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yg berdebu kedua kakinya menuju di Jalan keridhoan Allah, maka Allah haramkan ia dari api neraka” (Shahih Bukhari)


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Limpahan puji kehadirat Allah Jalla Wa Alaa, Maha Raja langit dan bumi, Maha Menghiasi alam semesta yang fana dengan ibadah dan ketaqwaan yang abadi, Maha Menjadikan setiap nafas hamba – hambaNya yang sementara dan hina menjadi pembuka berlian keberuntungan yang kekal, Yang Maha Menjadikan satu kalimat membuka sedemikian banyak anugerah yang agung “Lailahailallah”, Satu Nama Yang Maha Luhur. Mereka yang mengakui “Tiada Tuhan Selain Allah” maka dipastikan akan sampai kepada surga-Nya. Demikian sabda Nabi kita Muhammad Saw “barangsiapa yang mengatakan tiada Tuhan selain Allah dan meyakini tidak ada Tuhan selain Allah, pasti akan sampai ke surga-Nya”. Demikian riwayat Shahih Bukhari. Semoga aku dan kalian selalu dinaungi dengan Lailahailallah.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt yang tiada henti – hentinya memberikan Cahaya Kasih Sayang kepada hamba – hambaNya, tiada pernah terputus dan Allah tidak putus asa dengan dosa hamba – hambaNya. Berbeda dengan hamba yang selalu berputus asa dari Rahmatnya Allah. Namun Dia (Allah) tiada pernah berputus asa menanti kehendak kita untuk mendekat, menanti kehendak untuk mendekat dan mencapai hari – hari mulia dan menjadikan hari – hari yang gelap menjadi hari yang terang – benderang dan menjadikan hari yang terang – benderang dalam kehidupan kita menjadi lebih terang – benderang dengan Cahaya Keridhoan Illahi.
(dalam qasidah yg dilantunkan saat maulid)“Yaa Saaqiyal Qauma Min Syadzaah, Alkullu lammaa saqayta Taahuw” demikian yang telah kita dengar tadi. Wahai Yang Maha Menghujani jiwa dengan anugerah bagi para pecintanya, Wahai Yang Maha Melimpahkan Rahmat kepada kelompok orang – orang yang telah mencintai dan merindukan daripada hausnya mereka akan kerinduan pada Allah. Allah tiada pernah berhenti memenuhi jiwa mereka. Mereka yang merindukan Allah Swt. “Alkullu lammaa saqayta Taahuw.” maka ketika Engkau (Allah) telah memenuhi jiwa mereka itu, maka mereka akan mabuk dengan cinta dan rindu yang lebih besar. Demikian Allah Swt yang maha berhak dicintai dan mempunyai cinta terindah dan cinta kepada Allah adalah cinta yang terindah dan cinta Allah adalah cinta yang tersuci. Cinta yang terkait dengan cinta Allah akan abadi dan cinta yang tidak terikat dengan cinta Allah akan putus dan sirna. Segala sesuatu yang terkait dengan Yang Maha Abadi akan menjadi abadi.
“Wa maa fauqatturaabi turaabu” dan semua yang ada di atas tanah akan menjadi tanah. Ingatlah hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, setiap nafas yang diterangi Cahaya keridhoan Allah didalam dzikir dan munajat nafasmu abadi dan selain dari itu akan sirna dan fana. Setiap lintasan pemikiran dan gerak – gerikmu yang berada didalam hal yang dikasihi dan dicintai Allah, maka gerak – gerikmu itu akan abadi membuka kebahagiaan yang kekal. Setiap teguk minuman yang diawali dengan Basmalah (Dengan Nama Allah), maka teguk minuman itu saksi untuk mengantarkan kita kepada surga-Nya. Demikian setiap langkah dan gerak – gerik kita.
Sampailah kita kepada hadits agung ini. Ketika Ubaayah radiyallahu anhu mendengar bahwa Nabi Saw bersabda ketika salah seorang sahabat menuju shalat jum’at bahwa Nabi saw bersabda "“Man ighbarrat qadamaahu fi sabiilillahi harramahullahu alannaar”" barangsiapa yang berdebu kakinya menuju ke jalan Allah, Allah haramkan ia dari api neraka. Hadirin – hadirat, ini bukan perjalanan jihad saja karena hadits ini teriwayatkan saat- saat waktu menuju shalat jum’at dan juga di semua langkah yang menuju ke tempat kemuliaan, majelis – majelis dzikir, majelis – majelis ta’lim, masjid, shalat jama’ah, shalat jum’at, dan hal – hal yang diridhoi Allah. Maka debu yang sampai di kaki kita itu sangat dihargai oleh Allah. Adakah yang lebih mencintai para tamunya melebihi Allah?, menghormati para tamunya hingga debu yang terinjak di kaki mereka itu membuat mereka diharamkan oleh Allah dari api neraka. Sampai debu di kaki mereka diperhatikan oleh Allah, kaki mereka yang bersih, barangkali terkena debu saat melangkah menuju masjid maka itu membuatnya haram dari api neraka. Demikian indahnya Allah Swt menghargai debu dari setiap kakiku dan kaki kalian menuju keridhoan Ilahi.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Ini baru langkah kaki dan debu yang menyentuh, lebih lagi jiwa menuju keridhoan Allah. Jiwa yang mencintai dan merindukan Allah Swt. Bagaimana sambutan kehormatan Allah, seorang tamuku datang ke masjid, ke Baitullah, ke istana keridhoan Allah sampai berdebu kakinya maka ia diharamkan dari api neraka. Bagaimana dengan niat mulianya, bagaimana jika ia sudah duduk berdzikir, bertaubat, berdoa. Demikian agungnya Rabbul Alamin, bukalah pintu keluasan dan kedermawanan Allah dan pahamilah seluas – luasnya didalam sanubarimu, kau akan merasakan samudera agung itu melimpahkan Rahmat-Nya setiap waktu dan kejap. Karena itulah perbuatan Allah. Kita dalam keadaan lupa, dalam keadaan dzikir, dalam keadaan bangun, dalam keadaan terjaga, ngobrol, bicara dan lainnya, namun Rabbul Alamin tiada henti menumpahkan Rahmat kepada yang dikehendakinya.“Rahmatiy wasi’at kulla syai’ (QS Al A’raf 156) ” Rahmat-Nya sampai kepada segala sesuatu.
Hadirin – hadirat, maka untuk inilah makna Bismillahirrahmanirrahim (Dengan Nama Allah) Sang Pemilik Kasih Sayang yang fana dan kasih Sayang yang abadi, kenikmatan yang fana dan kenikmatan yang abadi, yang kesemuanya milik Allah. Maka mintalah kepada Sang Pemilik, berusahalah dan terus. Namun jangan lupa kepada Yang Memiliki segenap kenikmatan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt berfirman “wama yuthi’illah warrasula fa’ulaaika ma’alladziina an’amallahu alayhim minannabiyin, wasshiddiqiin wassyuhadaa’i wasshalihin, wa hasuna ulaaika rafiiqa” sungguh orang – orang yang berusaha taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka akan dikumpulkan oleh Allah bersama orang yang dilimpahi kenikmatan oleh Allah bersama para Nabi dan para shiddiqin, para syuhada dan orang – orang shalih dan itulah sebaik baik persahabatan QS Annisa 69) “Wahasunna ullaika ..” kalimat ini mengundang keinginan kita untuk merenung. Alangkah indahnya persahabatan dengan para Nabi dan Rasul dan shiddiqin, alangkah indahnya saat ini bisa kau bayangkan sedang duduk di kanan kirimu teman dan sahabat dan di surga kelak Allah gantikan di kiri dan kananmu adalah para Nabi dan Rasul. Duduk dengan senang dan bersama bersahaja satu sama lain, saling bercengkrama, saling bertanya jawab. Apakah terbayang kau duduk satu nampan dengan para Nabi dan Rasul, satu nampan dengan para shiddiqin, satu kursi dengan para shalihin dan syuhada. Yang dahulunya kita hanya mendengar nama – nama mereka di Alquranulkarim (Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Ibrahim) namun disaat itu kau bisa duduk bersama dalam satu kumpulan. Demikian indahnya kalimat “wahasunna ullaika ..”. Semoga Allah Swt memastikan namaku dan nama kalian ada diantara mereka, bergabung bersama para Nabi dan Rasul dalam satu kelompok dan bercengkrama dengan mereka. Ya Dzaljalali Wal Ikram, Ya Dzaththauli Wal In’am.
“Man ighbarrat qadamaahu fisabilillah harramallahu alannaar” barangsiapa yang berdebu kakinya di jalan Allah, maka Allah haramkan ia dari api neraka. Perbanyaklah langkah – langkah yang baik menuju masjid, menuju majelis ta’lim, menuju majelis dzikir. Di majelis ini mungkin hadir sekitar 20.000 muslimin- muslimat, sedemikian banyak yang sudah diharamkan oleh Allah dari api neraka.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Inilah keagungan majelis dzikir dan majelis ta’lim. Namun setelah kaki itu melangkah kepada keluhuran, janganlah dikotori dengan langkah menuju kepada hal yang hina. Perbanyaklah langkah – langkah yang baik. “Innal hasanaat yudzhibnassayyi’at”. Jika kita mengadu kepada Allah “Rabbiy walaupun aku ini berusaha memperbanyak ibadah tapi aku juga masih belum mampu meninggalkan maksiat”. Allah sudah menjawab pertanyaan ini “Innal hasanaat yudzhibnassayyi’at” sungguh dengan memperbanyak pahala akan menghapus dosa – dosa. Jika kau merasa banyak berbuat dosa maka perbanyaklah pahala, jika kau merasa banyak mencaci maka gantilah dengan banyak berdoa.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian indahnya Allah Yang Maha Mengetahui. Ada diantara hamba – hambaNya yang akan terjebak didalam dosa dan kesalahan, mereka bisa berputus asa dari Kasih Sayang Allah karena telah terjebak didalam dosa. Allah menghibur mereka dengan “Innal hasanaat yudzhibnassayyi’at”, marilah beramal pahala karena itu akan menghapus dosa – dosa. Demikian indahnya Rabbul Alamin Swt.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan betapa mulianya Allah Swt memuliakan kita dengan tauhid beserta kemudahannya. Kita bisa melihat bagaimana umat – umat terdahulu yang mendapatkan kesulitan – kesulitan jauh lebih dari kesulitan kita. Jika kita mengadukan keadaan kita, banyak musibah ini dan itu maka ingatlah umat yang terdahulu. Ketika Sang Nabi saw sedang duduk di Ka’bah Al Musyarafah, sebagaimana riwayat Shahih Bukhari datanglah seorang sahabat “ya Rasulullah bagaimana dengan musibah yang terus menimpa kita ini?, maka Rasul saw berkata “kalian ini terburu – buru, umat sebelum kalian itu diletakkan gergaji diatas ubun ubunnya, lantas digerakkan hingga terbelah dua tubuhnya, (mereka rela menerima itu) demi menjaga kalimat tauhid. Ada diantara mereka yang tubuhnya disisir dengan sisir baja hingga terlepaslah kulit dan daging dari tulangnya dan mereka tetap tidak mau melepaskan “Lailahailallah”.
Hadirin – hadirat, kenikmatan besar yang ada pada diri kita, tidak ada yang melarang kita shalat, tidak ada yang melarang kita puasa, tidak ada yang melarang kita dzikir, tiadalah kenikmatan terbesar yang Allah berikan. Dan juga sebagaimana Allah menceritakan, kuatnya iman para tukang sihir Fir’aun, para musyrikin yang menyembah Fir’aun yang sudah jelas – jelas telah mengakui “ana Rabbukumul a’la” akulah Tuhan kalian yang maha tinggi, kata fir’aun. Maka disaat itulah Allah Swt memberikan mukjizat kepada Nabi Musa hingga kalahlah para tukang sihir Fir’aun. Dan disaat mereka kalah fakharruu lahu sujjadaa” maka para tukang sihir itu pun menyukur bersujud seraya berkata “amana bi Rabbiy Musa wa Harun” kami beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun. Maka Fir’aun pun marah dan berkata “haamantu qabla..tulakum” bagaimana kalian beriman kepada Musa sebelum aku mengijinkannya? “..min qalla” akan kupotong tangan dan kaku kalian secara bersilang dan akan pajang kalian di tiang salib sampai kalian wafat. Demikian ucapan Fir’aun. Maka berkata para tukang sihirnya “..antaqad” perbuatlah apa yang ingin kau perbuat, kami tetap menyembah Tuhan kami. (peristiwa ini dijelaskan pada QS Al A’raf 121 hinga 124).
Demikian mereka mempertahankan “Laa ilaaha illallah”. Namun kita Alhamdulillah dengan segala anugerah, kapanpun mau bersujud kita bisa bersujud, kapanpun shalat masjid bertebaran di Barat dan Timur, kapanpun ingin berwudhu air ada dimana – mana, kapanpun ingin majelis dzikir dimanapun ada banyak majelis dzikir. Demikian makmur dan mudahnya kita taat kepada Allah. Berbeda dengan di masa lalu, sebagaimana firman Allah “Wa Maa Naqamuu minhum illa an yukminuu billahil Azizlhamid” mereka orang – orang yang terdahulu yang memusuhi para Nabi dan Rasul, mereka itu dendam kepada orang – orang yang beriman kepada Allah, Yang Maha Agung dan dan Maha Terpuji (QS Alburuuj 8).
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Kemikmatan yang demikian agung dan mulianya dan patut kita syukuri. Dan malam ini kita berada didalam naungan Allah di bulan Sya’ban Al mukarram, bulan turunnya firman Allah “innallaha wa malaikatahu yushalluuna alannabiy, ya ayyuhalladzina amanu shalluu alaihi wa sallimuu tasliima” Sungguh Allah dan para malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Sayyidina Muhammad Saw, Allah menyeru kepada semu yang mengaku beriman “perbanyaklah shalawat kepadanya dan salamlah kepadanya dengan seindah – indah salam”; QS. Al-Ahzab : 56. Demikian Allah mengajari kita untuk bershalawat dan bersalam kepada Sayyidina Muhammad Saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu, Sang Nabi Saw bersabda “Sya’ban syahri, Ramadhan syahrun ummatiy”. Walaupun hadits ini hukumnya dhaif didalam musthahalul hadits namun maknanya shahih. Sebagian orang menganggap hadits dhaif tidak bisa dijadikan dalil. Memang hadits yang dhaif tidak bisa dijadikan dalil namun kalau didukung oleh sedemikian banyak firman Allah, maka tentunya sudah bukan dhaif lagi karena diperkuat dengan firman Allah Swt. Firman Allah ini turunnya di bulan Sya’ban, bulan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Salahkah jika seseorang memperbanyak shalawat di bulan Sya’ban?.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Inilah bulan cinta kita kepada Nabi kita Muhammad Saw. Maka sebagian para shalafusshalihin tidak melepaskan waktu di bulan Sya’ban untuk berziarah ke Madinah Al Munawwarah. Namun mereka yang tidak mampu berziarah ke Madinah, mereka mencari (makam) para aulia (aulia = jamak para wali) dan shalihin disekitarnya yang dekat dengan mereka untuk berziarah di bulan Sya’ban untuk melampiaskan rindu dan cintanya mereka kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana Rasul saw berziarah, melampiaskan rindu dan cintanya kepada pekuburan baqi’ (HR. Shahih Bukhari). Dengan airmata mengalir di kedua kelopak mata beliau, seraya berkata “assalaamu’alaikum ahladdiyaar, inna bikum laahiquun” salam sejahtera wahai penduduk sekitar (padahal itu pekuburan Baqi’). Ahladyar adalah penduduk sekitar, dyar jama’ dari dar adalah rumah – rumah, dan kalau dyar adalah perumahan. Yang dimaksud Sang Nabi saw “assalamu’alaikum ahladyar” salam sejahtera wahai penduduk sekitar (penduduk kampung ini). Demikian Sang Nabi saw menghargai yang telah wafat. Akan datang waktunya aku akan menyusul kalian wahai ahlulbaqi’yaitu para sahabat radiyallahu anhum.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Maka tidak bisa disalahkan jika bulan Sya’ban orang memperbanyak ziarah, karena ziarah adalah hal yang sunnah. Karena hal yang sunnah tidak bisa dimunculkan pengharamannya di waktu kapanpun dan dimanapun selama hal itu dilakukan oleh Sang Nabi saw. Ziarah boleh di bulan Rajab, boleh Ramadhan, boleh Sya’ban, boleh Syawal, boleh siang, boleh malam, tidak ada larangan dari Sang Nabi saw. Maka janganlah mengharamkan apa – apa yang dihalalkan oleh Allah Swt. Sebagaimana Sang Nabi saw pernah sekali tidak mau makan madu karena salah seorang istrinya tidak menyukai baunya madu maka Sang Nabi saw berkata “aku tidak akan makan madu lagi”. Maka Allah menurunkan ayat “ya ayyuhannabiy limaa Tuharrimu maa ahallallahu laka..” (Wahai Nabi, kenapa kau haramkan apa apa yg dihalalkan Allah untukmu) (QS Attahrim 1) jangalah kau mengaramkan apa – apa yang dihalalkan oleh Allah untukmu. Hal yang halal sudah jelas halal, yang berziarah, yang bershalawat, yang beribadah, yang berdzikir, yang berdoa, semu ini mulia. Jangan sampai muncul pengharaman di waktu kapanpun dan dimanapun.
Hadirin – hadirat, sambung silaturahmi karena kita sudah dekat dengan malam Nishfu Sya’ban, dekat dengan bulan Ramadhan. Sudah waktunya menghapus segala kebencian kepada sesama, sambung cinta kepada Rabbul Alamin. Dan ingatlah sabda Rasul saw riwayat Shahih Bukhari “barangsiapa yang ingin diluaskan rezkinya dan ditambahkan usianya maka sambunglah silaturahmi”. Janji Rabbul Alamin Swt, sebagaimana diriwayatkan didalam riwayat yang tsigah, ketika salah seorang daripada tabi’in yang ketika itu ia telah memahami makna hadits ini “barangsiapa yang ingin diluaskan rezkinya dan ditambahkan usianya maka ia menyambung silaturahminya”. Ketika dihari itu ia berjumpa dengan orang yang pernah dimusuhinya dan belum sempat mohon maaf dan belum sempat silaturahmi. Maka ketika ia jumpa disaat itu, ia pun menyalaminya dan menyambung silaturahminya dan saat itulah di hari esoknya ia mendapatkan perdagangannya lebih hebat dari yang lalu. Maka saat itu ia berdoa “ya Rabbiy, apa sebabnya perdaganganku beberapa waktu lama ini terhambat dan tiba- tiba Kau beri keluasan dan kemudahan”. Ketika ia tidur, salah seorang malaikat berkata padanya “kau ingat sabda Nabi saw “barangsiapa yang ingin diluaskan rezkinya dan ditambahkan usianya maka ia menyambung silaturahminya” wahai hamba Allah semestinya sebelum terbit matahari di hari kemarin kau telah wafat tapi karena kau menyambung silaturahmimu dengan orang yang kau musuhi maka Allah memanjangkan usiamu dan meluaskan rezkimu. Sesungguhnya kau tidak akan menyaksikan matahari kemarin ini karena kau mestinya telah wafat. Janji Muhammad Rasulullah Saw. Allah Swt Yang Maha Mengatur mengajarkan kita memajukan dan memundurkannya keputusan Illahi.
Kita bermunajat kepada Allah Swt, semoga Allah Swt meluaskan rezki kita dan memanjangkan usia kita. Ya Rahman Ya Rahim demi kemuliaan hadits Sayyidina Muhammad Saw, putuskan seluruh kebencian didalam hati kami kepada seluruh makhluk-Mu yang dengan itu kami mendapatkan keluasan rezki dan panjangnya usia. Ya Rahman Ya Rahim limpahkan anugerah-Mu dimalam ini kami menyambung silaturahmi dengan-Mu Rabbiy yang barangkali selalu terputus dengan dosa dan kesalahan. Kau menyambung silaturahmi makhluk dengan makhluk, Kau telah limpahi anugerah sedemikian besarnya, lebih lagi kami ingin menyambung silaturahmi dengan-Mu Rabbiy, sambut silaturahmi kami Ya Rahman Ya Rahim. Jangan putuskan sebab dosa – dosa dan kesalahan kami, Ya Dzaljalali wal Ikram Ya Dzaththauli Wal In’am. Rabbiy jangan Kau siksa kami, dan Kau limpahi kami musibah karena dosa – dosa kami, jangan bebani kami hal yang kami tidak mampu menanggungnya.
Ya Rahman Ya Rahim kami bermunajat kehadirat-Mu Yang Maha Luhur dan Maha Mengetahui setiap sanubari, terangkan jiwa kami dengan kedamaian, padamkan segala api permusuhan didalam sanubari kami dan diantara msulimin, padamkanlah semua kehendak orang – orang yang hatinya ingin memusuhi kami, Rabbiy padamkan api kebencian mereka dan padamkan pula api kebencian di hati kami, sejukkan dengan Nama-Mu Yang Maha Luhur. Ya Dzaljalali wal Ikram Ya Dzaththauli Wal In’am, limpahkan Cahaya Anuberah-Mu kepada bumi Jakarta dan seluruh wilayah msulimin, tenangkan bangsa ini dari segala musibah, tenangkan mereka dari segala api perpecahan dan kemarahan, padamkan seluruh api perpecahan dan permusuhan diantara muslimin – muslimat bangsa terbesar muslimin di muka bumi di Barat dan Timur

This entry was posted on Monday, December 27, 2010 at 2:48 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 comments

Post a Comment